Sukses

Rupiah Terus Merosot ke Level 13.213 per Dolar AS

Keperkasaan dolar AS berkat data ekonomi yang positif terus menghantam rupiah hingga ke atas level US$ 13.200 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Rupiah memimpin penurunan mata uang di Asia dan mencapai pelemahan terparah dalam 16 tahun terakhir setelah Bank Indonesia memberikan sinyal bahwa rupiah baik-baik saja. Alhasil, keperkasaan dolar Amerika Serikat (AS) terus menghantam rupiah hingga ke atas level US$ 13.200 per dolar AS.

Data valuta asing Bloomberg, Kamis (12/3/2015) mencatat nilai tukar rupiah melemah 0,16 persen ke level 13.213 per dolar AS pada perdagangan pukul 10:01 waktu Jakarta. Sebelumnya, nilai tukar rupiah sempat dibuka menguat di level 13.174 per dolar AS dibanding pada pembukaan sehari sebelumnya. Kini nilai tukar rupiah masih berfluktuasi melemah di level 13.134 per dolar AS hingga 13.214 per dolar AS.

Sementara kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menunjukkan, nilai tukar rupiah melemah ke level 13.176 per dolar AS. Pelemahan hari ini melanjutkan pelemahan dari perdagangan sebelumnya di level 13.164 per dolar AS.

Ekonom Standard Chartered Bank Indonesia, Eric Alexander Sugandi menjelaskan, rupiah bukan satu-satunya mata uang yang melemah di Asia. Artinya, pelemahan rupiah bukan disebabkan oleh faktor internal namun lebih karena sentimen dari luar yaitu penguatan dolar AS.

Ia pun menjelaskan, dari tahun ke tahun data ekonomi Amerika Serikat menunjukkan perbaikan jika dibanding dengan saat krisis 2008 lalu. Angka penjualan ritel terus meningkat, data tenaga kerja yaitu angka pengangguran juga terus berkurang. Hal tersebut membuat ekspektasi pelaku pasar bahwa Bank Sentral AS bakal segera menaikkan suku bunga acuan mencuat. ekspektasi itulah yang menyebabkan nilai tukar dolar AS terus menguat sehingga menekan nilai tukar negara lain termasuk euro.

Namun, Eric mengingatkan, agar pelemahan rupiah sebaiknya tidak terjadi dalam jangka panjang. "Kalau persepsi investor berubah karena rupiah melemah terlalu lama, para investor portfolio bisa meninggalkan Indonesia. Ini yang dikhawatirkan," terangnya.

Selama ini para pelaku pasar masih menganggap pelemahan rupiah sebagai upaya mengendalikan defisit transaksi berjalan. Hal itu yang menyebabkan para pelaku pasar dapat dengan cepat melakukan penyesuaian. (Sis/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.