Sukses

CEO BP: Penurunan Harga Minyak Sangat Menyakitkan

Pada Januari 2015, BP mengumumkan untuk melakukan pemutusan hubungan kerja kepada beberapa pekerja tambang minyak yang ada di Inggris.

Liputan6.com, New York - Penurunan harga minyak yang cukup dramatis dalam beberapa bulan terakhir sangat menyakitkan bagi industri minyak dan gas. Hal tersebut diungkapkan oleh Chief Executive Officer (CEO) Perusahaan minyak internasional BP, Bob Dudley, dalam Egypt's Economic Development Conference kemarin.

Mengutip CNBC, Minggu (15/3/2015), Dudley menjelaskan, kejatuhan harga minyak sekitar 60 persen sejak Juni 2014 lalu telah menjadi kejutan besar bagi perusahaan-perusahaan minyak dan gas dunia termasuk BP sendiri.

Menurutnya, dalam beberapa tahun terakhir industri minyak dan gas telah hidup dalam kemewahan. Hal tersebut terjadi ketika harga minyak terus merangkak naik dan bertengger di atas level US$ 100 per barel.  "Penurunan harga minyak secepat ini mempunyai konsekuensi yang tidak diinginkan," jelas Dudley.



Ia melanjutkan, BP adalah perusahaan minyak dan gas terbesar di Eropa pertama yang alarm berbunyi. Pada 10 Desember 2014, perusahaan tersebut telah melaksanakan program efisiensi dengan mengurangi beberapa biaya operasional agar laba yang diperoleh tidak mengalami penurunan yang cukup tajam.

Pada bulan yang sama, beberapa perusahaan minyak di Eropa juga telah mendapat peringatan yang cukup keras dari lembaga pemeringkat Standard & Poor's (S&P). Dalam laporan S&P, tiga perusahaan yaitu BP, Total dan Shell berada dalam pengawasan khusus. Hal tersebut membuat peringkat utang ketiga perusahaan tersebut diturunkan selama tiga bulan.

Pada Januari 2015, BP mengumumkan untuk melakukan pemutusan hubungan kerja kepada beberapa pekerja tambang minyak yang ada di Inggris. Hal tersebut dilakukan sebagai langkah efisiensi agar kinerja perusahaan bisa bertahan.

Pada akhir pekan ini, harga minyak masih bertahan di bawah level US$ 60 per barel.  pada Jumat (13/3/2015) kemarin, harga minyak dunia jatuh karena penguatan dolar dan peringatan Badan Energi Internasional (IEA) bahwa telah terjadi kelebihan pasokan.



Harga minyak Brent menetap mendekati level terendah dalam satu bulan di bawah US$ 55 per barel dan minyak mentah AS menetap di posisi
terendah dalam 2,5 bulan di bawah US$ 45 per barel.

Secara mingguan, minyak brent ditutup pada posisi US$ 54,67, turun US$ 2,41, atau 4,2 persen. Sedangkan minyak AS pada US$ 44,84, turun US$
2,21, atau 4,7 persen. Keduanya turun 9 persen pada pekan ini. (Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini