Sukses

Pelambatan Pertumbuhan Ekonomi China Ikut Seret Indonesia

Jatuhnya permintaan barang China dari Indonesia khususnya di sektor komoditas merupakan tekanan besar bagi pertumbuhan ekonomi domestik.

Liputan6.com, Jakarta -
Bank Dunia memprediksi ekonomi China akan tumbuh di bawah tujuh persen tahun ini dan dalam beberapa tahun ke depan. Lead Ecomomist of World Bank Ndiame Diop menerangkan, melambatnya perekonomian China kali ini juga dapat menekan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.
 
"Perlambatan ekonomi China berdampak lebih besar dari yang Anda pikir terhadap ekonomi Indonesia. Impor komoditas China dari Indonesia merupakan salah satu pemicu peningkatan pendapatan bagi Indonesia," terang Diop saat menyampaikan presentasi di acara Indonesia Economic Quaterly di Jakarta,  Rabu (18/3/2015).
 
Dia menjelaskan, sepanjang 2014, impor China dari Indonesia tercatat menurun sekitar 1,6 persen. Jatuhnya permintaan barang China dari Indonesia khususnya di sektor komoditas merupakan tekanan besar bagi pertumbuhan ekonomi domestik.
 
Saat ini, Diop menjelaskan total ekspor Indonesia berkontraksi sekitar satu persen dan penguatan dolar AS ikut menjatuhkan nilai tersebut. Di tengah ekspor komoditas yang menurun, ekspor di sektor manufaktur yang jumlahnya terbilang rendah juga tak mampu mendorong total ekspor yang dibutuhkan Indonesia untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi domestik.
 
"Artinya, ini merupakan akhir dari era komoditas. Dengan pendapatan ekspor yang menurun, akibat jatuhnya harga komoditas dan berkurangnya impor China, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga ikut menurun," tutur dia.
 
Menurut dia, ke depan, di porsi penurunan yang lebih besar, bahkan Indonesia tak akan bisa lagi menaruh harapan pada sektor komoditas. Menurutnya, dampak sejenis itu yang harus dikhawatirkan dan segera ditemukan jalan keluarnya.
 
"Dalam 10 tahun terakhir Indonesia terus berhasil mempertahankan pertumbuhan di atas 6 persen hingga akhirnya turun ke kisaran 5 persen. Para pembuat kebijakan tak akan bisa dengan mudah tingkatkan potensi pertumbuhan ekonomi tanpa reformasi yang signifikan dan konsisten," tandasnya. (Sis/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.