Sukses

Pengusaha Repot Gara-gara Rupiah Merosot

Pengusaha harus terus menerus melakukan penyesuaian untuk menentukan laba seiring ada gejolak rupiah.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah melemah hingga 3,7 persen terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sejak Bank Indonesia (BI) secara mengejutkan memangkas suku bunga pada Februari 2015.

Para pengusaha mengaku merasa keberatan menjalankan industrinya akibat pelemahan rupiah yang sempat menyentuh level di kisaran 13.200 per dolar AS. Sedangkan sejak awal tahun, pemerintah mengumumkan rupiah akan bergerak di kisaran 12.500 per dolar AS.

"Kalau ganti terus yang tentu repot. Volatilitas rupiah berat buat industri, karena harus ada penyesuaian terus menerus untuk menentukan laba," terang Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Suryo Bambang Sulisto di Jakarta, Rabu (18/3/2015).

Meski begitu, Suryo mengatakan, para pelaku usaha memahami pelemahan rupiah yang sebagian besar disebabkan faktor eksternal.
Sayangnya, pemerintah pada saat yang sama tidak memberikan arahan mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan para pengusaha menghadapi volatilitas tersebut.

"Kami harus bagaimana, padahal pada saat yang sama kami juga berupaya meningkatkan cadangan devisa. Kalau begini ya upaya kami juga terhambat," kata Suryo.

Suryo menjelaskan, perlu ada reformasi rezim forein exchange agar para pengusaha bisa mengambil langkah yang tepat saat rupiah mengalami volatilitas cukup tinggi.

Dia memberikan contoh seperti bagaimana China dan Singapura mengelola mata uangnya, terlebih lagi dolar Singapura tetap mampu menguat justru di saat mata uang Asia lain terkapar menghadapi dolar AS.

"Tapi jangan terlalu dibebaskan juga. Meski memang itu dapat menjadi daya tarik Indonesia untuk mendatangkan investasi asing," ujar Suryo. (Sis/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.