Sukses

Harga Minyak Kembali Anjlok, RI Rugi Rp 100 Triliun

Penurunan harga minyak bisa memberikan keuntungan kepada Indonesia sebagai salah satu negara pengimpor terbesar.

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengatakan bahwa kembali turunnya harga minyak dunia hingga ke level US$ 43 per barel turut mempengaruhi pendapatan negara. Pasalnya, harga jual minyak produksi dalam negeri juga menjadi turun.

"Penurunan harga minyak dunia pasti akan mempengaruhi pemasukan negara," ujar  di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Jumat (20/3/2015).

Dia menjelaskan, sebagai negara pengekspor minyak mentah dan pengimpor BBM, sebenarnya penurunan harga minyak dunia memberikan dua efek bagi Indonesia, yaitu efek positif dan efek negatif.

"Kalau anjlok itu dua efeknya. Efek positifnya subsidi bisa dihapus. Bahkan negara bisa untung. Tapi pendapatan Indonesia dari ekspor minyak dan gas juga menurun. Lebih banyak lagi. Itu efeknya," lanjut dia.

Jusuf Kalla memperkirakan efek negatif bagi Indonesia jika kisaran harga minyak dunia hanya sebesar US$ 40 hingga US$ 50 per barel, yaitu Indonesia kehilangan pendapatan hingga Rp 100 triliun per tahun.

Dalam enam enam bulan terakhir atau sejak akhir tahun lalu. Harga minyak memang terus tertekan. Penurunan harga minyak sampai menyentuh level 50 persen. Semula, harga minyak dunia selalu berada di atas US$ 100 per barel. Namun di tahun ini harga minyak terus mengalami penurunan hingga di bawah US$ 50 per barel.



Penyebab utama penurunan harga minyak tersebut karena pasokan minyak dunia berlimpah. Di satu sisi, pasokan di Amerika terus melonjak. Di awal minggu ini, berdasarkan data dari Departemen Energi Amerika Serikat, persediaan minyak nasional di AS menyentuh level 458,5 juta barel. Stok tersebut telah naik terus menerus selama 10 minggu bertutut-turut dan terus mencetak rekor tertinggi sejak 1982.

Selain bertambahnya pasokan di AS, negara-negara pengeskpor minyak yang tergabung dalam OPEC juga tak mau mengurangi pasokannya. Padahal permintaan minyak dunia sedang mengalami penurunan karena adanya perlambatan ekonomi di beberapa negara. Eropa saat ini sedang mengalami krisis ekonomi dan China juga mengalami perlambatan ekonomi yang biasanya selalu berada di angka 10 persen di tahun kemarin hanya mencapai 7 persen.

Pada bulan lalu, harga minyak dunia sempat mengalami kenaikan ke atas level US$ 50 per barel. Sentimen yang mempengaruhi kenaikan harga minyak tersebut karena adanya estimasi bahwa pertumbuhan ekonomi di Amerika bakal naik. Namun di minggu ini harga minyak kembali turun karena estimasi tersebut meleset. Bank Sentral Amerika Serikat mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi Amerika masih dalam level lambat. (Dny/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.