Sukses

JK: Orang Indonesia BBM Naik Sedikit Saja Protes

Dana yang semula digunakan untuk subsidi energi dialihkan untuk pembangunan infrastruktur.

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengungkapkan, tipikal orang Indonesia memang senang protes. Oleh sebab itu, semua kebijakan yang dibuat pemerintah selalu mendapat protes meskipun berdampak positif kepada masyarakat. Hal tersebut juga terjadi dengan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

"Indonesia apa saja naik orang protes. Naik dikit protes," kata JK, di di Bundaran HI, Jakarta, Minggu (29/3/2015). Jusuf Kalla menjelaskan, pemerintah tentu mempertimbangkan secara matang kenaikan harga BBM sehingga kenaikannya tidak terlalu besar. Selain itu, kenaikan tersebut tidak dinikmati oleh pemerintah sendiri namun digunakan untuk kesejahteraan masyarakat.

Dengan menaikkan harga BBM, subsidi energi yang dikeluarkan oleh pemerintah menjadi lebih sedikit. Dana yang semula digunakan untuk subsidi energi tersebut dialihkan untuk pembangunan infrastruktur.

Menurutnya, dengan pembangunan infrastruktur seperti jembatan, jalan tol, jalur kereta api maka ongkos transportasi bisa lebih rendah sehingga menurunkan biaya operasional perusahaan-perusahaan.

Dengan penurunan biaya operasional, kemungkinan besar harga barang akan mengalami penurunan. Tentu saja, penurunan harga-harga tersebut akan dinikmati oleh masyarakat luas.

Atas dasar itu, pemerintah telah resmi memutuskan kenaikan harga BBM jenis Bensin Premium RON 88 di Wilayah Penugasan Luar Jawa-Madura-Bali dan jenis Minyak Solar Subsidi masing-masing sebesar Rp 500 per liter. Sedangkan untuk harga Minyak Tanah dinyatakan tetap, yaitu Rp 2.500 per liter (termasuk PPN).

Untuk wilayah Jawa Madura Bali harga BBM Premium naik dari Rp 6.900 menjadi Rp 7.400. Sedangkan untuk solar naik dari Rp 6.400 menjadi Rp 6.900. Sedangkan untuk wilayah penugasan luar Jawa Madura Bali, harga Premium naik dari Rp 6.800 menjadi Rp 7.300. Sedangkan harga solar sama dengan area Jawa, Rp 6.900.

Menurut Jusuf Kalla, kenaikan BBM senilai Rp 500 per liter karena nilai rupiah melemah dibanding dolar Amerika Serikat (AS). "Kita tahu rupiah sekarang masih Rp 13.000 lebih per dolar AS, minyak juga naik lagi," katanya. Dengan kenaikan tersebut, maka subsidi energi yang diberikan oleh pemerintah tidak bertambah.  (Silvanus Alvin/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini