Sukses

Ekonomi Lesu, Konsumsi BBM Turun

Untuk periode Januari hingga Maret 2015, konsumsi solar mencapai 3,3 juta Kl, turun 17 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) mencatat terjadi penurunan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk jenis Premium dan Solar terhitung sejak awal tahun ini. Perseroan menduga, penurunan konsumsi BBM tersebut terjadi karena belum bergairahnya perekonomian nasional.

Direktur Pemasaran Pertamina, Ahmad Bambang mengatakan, untuk periode Januari hingga Maret 2015, konsumsi premium mencapai 6,7 juta Kilo liter (Kl), angka tersebut turun 5 persen dibanding periode yang sama pada tahun lalu. "Penjualan premium turun, pada tahun lalu periode Januari hingga maret kami bisa menjual 7 juta Kl," kata Ahmad, di Jakarta, Kamis (16/4/2015).

Ahmad melanjutkan, hal serupa juga dialami oleh konsumsi solar. Untuk periode Januari hingga Maret 2015, konsumsi solar mencapai 3,3 juta Kl, turun 17 persen dibanding periode yang sama 2014 yang tercatat 3,8 juta Kl.

Menurut Ahmad, penuruan konsumsi tersebut diakibatkan oleh perekonomian yang sedang lesu. Hal tersebut membuat masyarakat berhemat, selain itu kegiatan industri yang mengkonsumsi solar juga mengalami penurunan. "Karena transportasi lesu. Orang ekonomi lesu mau pergi mikir, kegiatan lainnya turun," pungkasnya.

Dugaan Pertamina soal lesunya pertumbuhan perekonomian Indonesia ini memang terbukti. International Monetary Fund (IMF) mengungkapkan, sejak krisis finansial global pada 2007-2009, potensi pertumbuhan ekonomi dunia terpukul parah. bahkan IMF menilai dampak krisis tersebut masih akan memperlambat potensi pertumbuhan ekonomi dunia hingga beberapa tahun ke depan.

Sebenarnya, sebelum krisis finansial melanda, potensi pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju telah bergerak melamban lantaran populasi penduduk yang bertambah tua dan anjloknya inovasi di bidang teknologi.

Namun penurunan investasi swasta dan melambatnya pertumbuhan tenaga kerja memangkas potensi pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju menjadi 1,3 persen dalam rentang waktu 2008-2014. Studi IMF menemukan, angka tersebut sekitar 50 persen lebih rendah dibandingkan sebelum krisis melanda.

Selama lima tahun ke depan, potensi pertumbuhan ekonomi tahunan negara-negara maju diperkirakan meningkat 1,6 persen. Angka tersebut masih di bawah rata-rata potensi pertumbuhan sebelum ksisis melanda.

Dengan suku bunga rendah, kebijakan moneter di negara-negara maju dapat kembali dihadapkan dengan masalah batas nol suku bunga jika guncangan pertumbuhan ekonomi yang merugikan terjadi.

Di negara-negara berkembang, pertumbuhan ekonomi potensial tahunan jatuh hingga 6,5 persen dari 2008-2014, 2 persen lebih rendah dibandingkan sebelum krisis. Potensi pertumbuhan ekonominya diperkirakan merosot lebih jauh menjadi 5,2 persen dalam lima tahun ke depan karena usia penduduk yang semakin tua dan melambatnya produktivitas. (Pew/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini