Sukses

BI: Sentimen Global dan Domestik Dukung Penguatan Rupiah

Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityswara mengatakan, pergerakan rupiah sebagian besar dipengaruhi data ekonomi Amerika Serikat.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menilai, nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dipicu sentimen global dan dalam negeri.
Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara menuturkan, data ekonomi AS yang diumumkan kemarin malam membuat dolar AS melemah terhadap mata uang negara lain.

Data aplikasi mortgage di sektor perumahan melemah 0,4 persen menjadi -2,3 persen. Hal itu ditambah sektor manufaktur AS juga melemah. Data empire manufacturing turun tajam dari 6,9 menjadi -1,19.

Di sisi lain, peningkatan penjualan ritel AS pada Maret 2015 berada di bawah harapan pasar. Penjualan ritel AS sebesar 0,9 persen pada Maret 2015 dibandingkan ekspektasi 1,1 persen. Mirza menilai, data ekonomi AS tersebut memberikan harapan kepada pelaku pasar terhadap kebijakan suku bunga AS.

"Pergerakan Rupiah pada hari ini sebagian besar dipengaruhi oleh data ekonomi AS (data dependent). Data tersebut memberi sinyal pada pelaku pasar bahwa pelemahan data di AS tersebut membuat pelaku pasar mengubah perkiraan mereka tentang waktu, besaran, dan kecepatan (timing, size, and pace) dari normalisasi kebijakan moneter AS," ujar Mirza, Kamis (16/4/2015).

Ia menambahkan, sentimen dalam negeri juga menopang penguatan rupiah. Pertama, neraca perdagangan Indonesia surplus US$ 1,13 miliar pada Maret 2015. Hal itu dipicu dari kenaikan ekspor Indonesia.

"Rilis data itu menunjukkan keyakinan kalau defisit neraca transaksi berjalan akan membaik di triwulan I 2015," kata Mirza.

Selain itu, BI akan tetap fokus pada stabilitas. Keputusan RDG menunjukkan kalau BI akan tetap menjaga sasaran inflasi dan tingkat defisit neraca transaksi berjalan. "Hal ini sedikit banyak memberi tambahan sentimen positif di pasar," ujar Mirza.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2015 surplus sebesar US$ 1,13 miliar. Surplus neraca perdagangan tersebut berhasil mengangkat rupiah yang sejak akhir pekan lalu terus bergerak melemah.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI) Kamis pekan ini menunjukkan, nilai tukar rupiah menguat 138 poin ke level 12.838 per dolar AS dari 12.976 pada perdagangan sebelumnya. Rupiah memang tercatat bergerak melemah sejak akhir pekan lalu menyusul spekulasi terhadap kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS).

Sementara data valuta asing Bloomberg mencatat nilai tukar rupiah menguat 0,47 persen ke level 12.845 pada perdagangan pukul 9.32 waktu Jakarta. Padahal rupiah sempat dibuka melemah di level 12.961 per dolar AS dari level 12.905 per dolar As pada perdagangan sebelumnya.
Pada perdagangan hari ini, rupiah tampak berfluktuasi menguat di kisaran 12.810 - 12.961 per dolar AS. (Yas/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.