Sukses

Rupiah Melemah Tertekan Data Manufaktur China

Rupiah terus berkutat di kisaran 12.900 per dolar AS setelah rilis data manufaktur China yang tak terlalu menggembirakan.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah kembali melemah setelah sempat menguat pada perdagangan sebelumnya. Rupiah tercatat masih berkutat di kisaran 12.900 per dolar Amerika Serikat (AS) dan terus bergerak melemah setelah Pemerintah China mengeluarkan laporan manufaktur yang ternyata tak terlalu menggembirakan.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI), Jumat (24/4/2015), mencatatkan pelemahan tipis ke level 12.941 per dolar AS. Pada perdagangan sebelumnya, rupiah memang sempat menunjukkan penguatan ke level 12.939 per dolar AS.

Sementara data valuta asing Bloomberg, menunjukkan nilai tukar rupiah sempat melemah ke level 12.947 per dolar AS setelah dibuka di level 12.935 per dolar AS pada perdagangan hari ini. Hingga menjelang siang, rupiah tampak tak bergerak terlalu lebar dan berkutat di kisaran 12.927 per dolar AS hingga 12.947 per dolar AS.

Melemahnya aktivitas manufaktur China ke level terendah dalam setahun terakhir di April 2015 kemarin menjadi sentimen negatif pada pergerakan nilai tukar rupiah.

Ekonom PT Samuel Sekuritas, Rangga Cipta menerangkan, perlambatan ekonomi China dapat berdampak dua hal pada ekonomi Indonesia yaitu berkurangnya permintaan ekspor dan penurunan harga komoditas. "Kombinasi keduanya dapat menekan nilai tukar serta pertumbuhan ekonomi," katanya.

Dia melihat, rupiah masih berpeluang menguat mengingat data ekonomi AS yang mengecewakan berupa peningkatan klaim jumlah pengangguran dan rendahnya jumlah pembelian rumah. Data yang tak sesuai dengan perkiraan para analis tersebut meyakinkan bahwa kemungkinan besar Bank Sentral AS belum akan menaikkan suku bunga acuan dalam waktu dekat ini.

Dengan adanya sentimen tersebut, penguatan dolar AS pun tak berlanjut. Sepekan terakhir, nilai tukar dolar tercatat terus menguat. Sementara untuk pekan depan, perhatian pasar akan terfokus pada pertemuan para petinggi Bank Sentral AS (The Fed).

Untuk dalam negeri sendiri, Rangga menambahkan, belum ada data-data yang bisa mendongkrak nilai tukar rupiah. Di tengah April 2015, rupiah sempat naik setelah Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2015 surplus sebesar US$ 1,13 miliar. Pendorongnya, nilai ekspor bulan ketiga lebih tinggi dibanding realisasi impor.

Nilai ekspor sepanjang Maret ini mencapai US$ 13,71 miliar dan kinerja impor di periode yang sama sebesar US$ 12,58 miliar. Sementara kinerja ekspor impor pada Januari-Maret 2015 masing-masing terealisasi US$ 39,13 miliar dan US$ 36,70 miliar. (Sis/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini