Sukses

Alasan Warga Desa Tergiur Adu Nasib ke Jakarta

Setiap tahun, 60 ribu pendatang baru tiba di Jakarta usai lebaran.

Liputan6.com, Jakarta - Musim libur lebaran berakhir, arus balik para pemudik berbondong-bondong meninggalkan desa kelahirannya menuju kotanya masing-masing untuk kembali bekerja seperti sediakala. Tidak jarang mereka juga membawa serta sanak saudara atau teman yang ingin mengadu nasib di kota-kota besar.

Untuk Jakarta yang menjadi tujuan utama, setiap tahunnya sekitar 60 ribuan pendatang baru atau 10 persen dari jumlah pemudik asal Jakarta. Padahal belum tentu mereka memiliki keahlian kerja yang dibutuhkan.

Kondisi ini mendapat perhatian serius dari Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendesa PDTT) Marwan Jafar.

“Arus urbanisasi dari desa ke kota setiap habis musim lebaran ini akan terus terjadi, selama desa belum mampu menyediakan peluang kerja atau kesempatan usaha bagi warga desa dengan penghasilan yang layak untuk hidup sejahtera” paparnya di Jakarta, Selasa (21/7/2015).

Satu-satunya cara untuk menekan urbanisasi, lanjut Marwan, adalah dengan mempercepat pembangunan desa untuk mengembangkan dan memajukan perekonomian desa, serta menciptakan sebanyak-banyaknya lapangan kerja bagi warga desa dengan penghasilan yang layak.

Marwan mendorong dana desa segera dimanfaatkan untuk menggerakkan ekonomi desa dan menekan urbanisasi.

"Memfasilitasi tumbuh kembangnya usaha desa, mengolah dan memanfaatkan potensi yang ada di desa menjadi suatu kegiatan produktif yang bisa menarik banyak warga desa untuk bekerja atau berusaha, sehingga tidak perlu lagi ke kota untuk mencari kesejahteraan” ujarnya.

Ia mengakui, dana desa yang diterima desa saat ini memang belum memadai, namun bisa menjadi modal awal dalam mengolah dan mengembangkan sumber daya yang ada di desa menjadi usaha desa yang menguntungkan.

Dana itu juga bisa menjadi modal tambahan untuk meningkatkan usaha desa yang telah berjalan, atau pinjaman modal bagi warga desa yang memiliki usaha kreatif untuk membesarkan usahanya. Kuncinya adalah aparatur desa sebagai pengelola dana desa.

"Bagaimana dana desa dimanfaatkan secara tepat guna untuk kemajuan ekonomi desa dan usaha warga desa, ajak warga desa untuk bersama-sama menentukan peruntukan dana desa melalui musyawarah desa, ajak para pemudik untuk ikutserta memajukan desa sesuai dengan kemampuannya masing-masing,” terang Marwan.

Pemudik sukses

Marwan menambahkan, banyak pemudik sukses yang bisa diajak kerjasama dalam membangun desa kelahirannya. Yang penting, tambahnya, aparatur desa bersikap proaktif bersilaturahim dengan para pemudik, mengajak tukar pikiran, memaparkan potensi usaha yang ada di desa, pola kerjasama yang saling menguntungkan, dan sebagainya.

Dijelaskannya, desa-desa yang memiliki keahlian atau kreatifitas tertentu seperti ukir, batik, tenun, bordir, bisa dikembangkan menjadi produk kreatif desa yang unik dan bernilai jual tinggi. Desa-desa yang memiliki kekayaan alam yang indah, sangat potensial dikembangkan menjadi desa wisata.

Demikian pula desa-desa yang memiliki sumberdaya alam seperti sumber mata air besar, bisa mengembangkannya menjadi bisnis air minum yang memberikan keuntungan komersial bagi desa, bisa memberikan pelayanan air bersih bagi warga desa, juga bisa membuka lapangan kerja dan peluang usaha terkait yang bisa diisi oleh warga desa.

“Saya optimis jika desa cepat bergerak ekonominya, seluruh potensi desa bisa dikelola dan dikembangkan menjadi usaha produktif, warga desa bisa bekerja atau mengembangkan usahanya dengan penghasilan yang layak untuk hidup sejahtera, maka masalah urbanisasi dengan sendirinya akan teratasi," ungkap Marwan. (Tnt/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini