Sukses

BI Rate Turun Bakal Angkat IHSG ke Zona Hijau

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan bergerak di kisaran 4.395-4.518 pada perdagangan saham Selasa pekan ini.

Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan mendatar dengan kecenderungan menguat pada perdagangan saham Selasa pekan ini.

Pelaku pasar saat ini sedang menunggu penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia/BI Rate. Analis PT Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan, dengan catatan deflasi beberapa bulan ini membuat pasar berekpektasi jika BI akan menurunkan suku bunga acuannya.

"Kalau BI rate turun pasarnya positif, kalau tetap tidak ada pergerakan berarti," kata Hans kepada Liputan6.com, Jakarta, Selasa (17/11/2015).

Dia mengatakan, saat ini kondisi dalam negeri sedang positif. Hal tersebut berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terjadi surplus neraca perdagangan sebanyak US$ 1,01 miliar pada Oktober 2015.

Pada perdagangan saham kali ini, Hans memprediksi IHSG bergerak pada support 4.395-4.370 dan resistance pada 4.450-4518.

Analis PT Reliance Securities, Lanjar Nafi menuturkan IHSG berpeluang menguat dengan pergerakan 4.390-4.515 pada perdagangan saham Selasa pekan ini.

Dalam riset PT Sinarmas Sekuritas memperkirakan IHSG bergerak variatif. IHSG akan bergerak di level support 4.408 kemudian resistance 4.486.

"Menantikan BI merilis suku bunga yang diperkirakan stagnan ke level 7,5 persen," tulis riset Sinarmas Sekuritas.

Untuk rekomendasi, Hans merekomendasi spekulasi beli pada saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP).

IHSG ditutup melemah 30,65 poin atau 0,69 persen ke level 4.442,18 pada perdagangan saham kemarin. Indeks LQ45 terjun bebas 0,84 persen ke level 756,48. Investor asing mencatatkan jual bersih sebanyak Rp 500 miliar.

Lanjar mengatakan, penutupan IHSG kemarin dipengaruhi data komposisi ekspor tahunan Oktober kembali melambat hingga di bawah harapan turun 20,98 persen dari 17,67 persen sehingga neraca perdagangan berkurang menjadi US$ 1,01 miliar.

Ditambah nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sehingga menjadi dilema bagi Bank Indonesia dan meredakan optimisme untuk menurunkan suku bunga acuan pada akhir tahun ini. (Amd/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini