Sukses

Harga Minyak Menguat Usai Teror Paris

Analis memperkirakan kenaikan harga minyak terbatas lantaran investor juga mencerna pasokan dan permintaan minyak usai serangan Prancis.

Liputan6.com, New York - Harga minyak menguat di awal pekan ini setelah serangan teror Paris pada Jumat pekan lalu meningkatkan ketegangan geopolitik. Hal itu dapat mengancam pasokan minyak global.

Harga minyak berjangka Amerika Serikat (AS) naik US$ 1 menjadi US$ 41,74 per barel setelah turun ke level US$ 40,06. Sedangkan harga minyak mentah jenis Brent untuk pengiriman Desember naik 9 sen menjadi US4 44,56 per barel usai turun ke level US$ 43,15.

Kenaikan harga minyak dipengaruhi sentimen serangan teror Paris. Prancis melakukan serangan udara ke Suriah melawan ISIS yang mengaku bertanggung jawab atas serangan teror Paris. Di awal pekan ini, Amerika Serikat (AS) dan Rusia pun bergabung dengan koalisi global untuk mengatasi kelompok ISIS.

Meski demikian, kenaikan harga minyak terbatas. Para pelaku pasar berusaha untuk mencerna dampak serangan tersebut terhadap pasokan dan permintaan minyak.

Ketegangan geopolitik negara-negara produsen minyak di Timur Tengah pun menguatkan harga minyak. Pasokan minyak bakal terganggu, dan diperkirakan dapat menganggu aktivitas ekonomi di Eropa.

"Pasar merespons serangan teror Paris, dan serangan Prancis ke Suriah," ujar Phil Flynn, Analis Price Futures Group seperti dikutip dari laman Reuters, Selasa (17/11/2015).

Sementara itu, Analis Komoditas Citi Ed Morse mengatakan, teror Paris dapat memicu ketegangan geopolitik, namun dampak negatifnya hanya jangka pendek untuk permintaan minyak Eropa.

Delegasi OPEC pun memperkirakan harga minyak dapat mendapatkan keuntungan dalam jangka menengah seiring meningkatnya ketegangan. Apalagi jika masyarakat internasional kompak untuk mengurangi penyelundupan minyak.Harga minyak telah turun lebih dari 60 persen sejak Juni 2015.

Hal itu lantaran pasokan dan produksi minyak tinggi. Pasokan dan produksi minyak tinggi itu juga diikuti perlambatan ekonomi di Asia terutama China dan Jepang. (Ahm/Igw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini