Sukses

Data Manufaktur AS Merosot Bikin Rupiah Menguat

Penguatan rupiah tidak terlalu tinggi karena memang masih dibayang-bayangi dengan rencana Bank Sentral AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mampu menguat pada perdagangan Rabu (25/11/2015). Penguatan tersebut karena data manufaktur AS yang tidak begitu baik.

Mengutip Bloomberg, rupiah diperdagangkan pada 13.685 per dolar AS pada pukul 11.20 WIB. Posisi tersebut menguat jika dibanding dengan pembukaan yang ada di level 13.688 per dolar AS dan juga penutupan sehari sebelumnya yang ada di level 13.718 per dolar AS.

Sepanjang pagi hingga siang, rupiah berada di kisaran 13.633 per dolar AS hingga 13.681 per dolar AS.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah berada di posisi 13.673 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan posisi sehari sebelumnya yang ada di level 13.723 per dolar AS.

Kepala Riset PT Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra menjelaskan, penguatan rupiah pada hari ini bersamaan dengan beberapa mata uang lainnya di Asia.

Pendorong penguatan rupiah tersebut karena pelemahan dolar AS akibat data manufacturing PMI dan existing home sales AS merosot. "Jadi itu penopang penguatan rupiah pada hari ini," jelasnya.



Namun memang, penguatan rupiah tidak terlalu tinggi karena memang masih dibayang-bayangi dengan rencana Bank Sentral AS (the Fed) untuk menaikkan suku bunga pada Desember nanti.

"Pernyataan Janet Yellen membuat mengenai masih berpeluangnya suku bunga untuk naik kembali menguatkan dolar AS." tambah ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta.

Sebelumnya, Ekonom DBS Group Research, Gundy Cahyadi mengatakan, eksekusi kebijakan penyesuaian Fed Fund Rate akan mengerek penguatan dolar AS kepada seluruh mata uang. Itu artinya, semua mata uang bakal melemah, termasuk rupiah. 

Menurut dia, pelemahan kurs rupiah bukan karena fundamental ekonomi Indonesia buruk, melainkan karena penguatan dolar AS yang terus mendominasi kegiatan global. 

"Prediksi saya pelemahan rupiah masih terbuka di tahun depan. Peluangnya ke level Rp 14 ribu per dolar AS masih ada jika memang kurs Euro terus melemah terhadap dolar AS," ucap Gundy.

Prediksi ini, diakuinya, mengakibatkan Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) di posisi 7,5 persen di 2016. (Gdn/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.