Sukses

Kebijakan Bank Sentral Eropa Dorong Rupiah Menguat

Sepanjang pagi hingga siang hari ini, rupiah berada di kisaran 13.822 per dolar AS hingga 13.859 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mampu menguat pada perdagangan Jumat pekan ini. Penguatan rupiah dipengaruhi oleh kebijakan yang diambil oleh Bank Sentral Eropa.

Mengutip data Bloomberg, Jumat (4/12/2015), rupiah berada di angka 13.828 per dolar AS pada pukul 11.35 WIB. Level tersebut menguat tipis jika dibandingkan pembukaan yang ada di level 13.835 per dolar AS, maupun dengan penutupan di hari sebelumnya yang berada di angka 13.845 per dolar AS.

Sepanjang pagi hingga siang ini, rupiah berada di kisaran 13.822 per dolar AS hingga 13.859 per dolar AS. Jika dihitung sejak awal tahun, rupiah telah melemah 11,62 persen.

Berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia menunjukkan rupiah berada di level 13.833 per dolar AS, menguat tipis jika dibandingkan dengan posisi sehari sebelumnya yang ada di level 13.845 per dolar AS.

Ekonom PT Samuel Sekuritas, Rangga Cipta menjelaskan, penguatan rupiah memang cukup tipis karena pengaruh penurunan dolar AS terhadap beberapa mata uang utama lainnya. Dolar AS memang turun karena sentimen dari kebijakan yang dijalankan oleh Bank Sentral Eropa.

"Bank Sentral Eropa hanya memperpanjang jangka waktu quantitative easing selama 6 bulan, tetapi tidak meningkatkan jumlahnya. Hal ini tidak bisa mencegah euro untuk menguat tajam 3 persen hingga dini hari tadi," jelasnya.

Gubernur Bank Sentral AS Janet Yellen masih optimistis dengan laju perekonomian AS, meski tak mampu menahan penurunan dolar AS.

Pergerakan rupiah hari ini berlawanan dengan sehari sebelumnya. Kemarin, rupiah melemah karena data ekonomi AS cenderung membaik. Rilis data tenaga kerja ADP menambahkan sekitar 217 ribu pekerja pada November naik dari 182 ribu pada bulan.

Selain itu, Analis PT Bank Woori Saudara Tbk Rully Nova menuturkan harga minyak di bawah US$ 40 per barel telah menyeret mata uang tertekan termasuk rupiah. Tertekannya harga minyak berdampak pada kinerja ekspor yang bergantung pada komoditas. (*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.