Sukses

Mengenal Duo Hartono, Orang Paling Kaya di Indonesia

Nama keluarga Hartono selalu berada dalam peringkat puncak daftar orang terkaya di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Situs Forbes merilis jajaran orang terkaya di Indonesia di 2015. Nama keluarga Hartono selalu berada dalam peringkat puncak daftar orang terkaya di Indonesia. Pada 2015, keluarga Hartono menempati puncak orang paling kaya di dunia untuk ketujuh kalinya.

Kekayaan dua bersaudara Budi Hartono dan Michael Hartono mencapai US$ 15,7 miliar atau sekitar Rp 208 triliun. Di Asia keduanya jadi orang paling kaya ke-12. Keduanya sukses menjalankan bisnis di sektor industri rokok dan perbankan.

Ayahnya adalah pendiri perusahaan rokok Djaruma pad lebih dari setengah abad yang lalu. Selain itu, keduanya juga sukses berbisnis di sektor perbankan melalui perusahaan PT Bank Central Asia.

Budi dan Michael adalah pemegang saham terbesar di salah satu bank swasta terbesar di Indonesia itu. Dikutip dari beberapa sumber, mereka juga mengepakkan sayap bisnisnya di sektor perkebunan kelapa sawit, dan bisnis properti.

Secara real time, Budi yang memiliki nama lengkap Robert Budi Hartono sendiri punya kekayaan pribadi di luar saudaranya, Michael Hartono, senilai US$ 8,6 miliar atau sekitar Rp 119,1 triliun (kurs Rp 13.860/dolar). Angka tersebut naik dari tahun lalu US$ 7,6 miliar. Kekayaan pria berumur 74 tahun ini mayoritas berasal dari Djarum dan BCA. Di dunia, Budi Hartono adalah orang terkaya ke-142.

Kakak Budi, Michael Hartono, memiliki kekayaan yang sedikit lebih rendah dibanding sang adik. Secara real time, kekayaan pria berusia 76 tahun ini mencapai US$ 8,2 miliar atau sekitar Rp 113,6 triliun. Kekayaan Michael pun naik dibanding tahun lalu sebesar US$ 7,3 miliar.

Kekayaan keduanya terus naik turun tergantung dari pergerakan saham dan bisnis perusahaan yang mereka jalankan. Namun, keluarga Hartono, baik Budi ataupun Michael, selalu menjadi orang terkaya Indonesia selama 7 tahun berturut-turut. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Warisan

Perusahaan rokok yang kini menjadi salah satu perusahaan rokok terbesar di dunia adalah warisan dari sang ayah, Oei Wie Gwan. Gwan mendirikan perusahaan Djarum pada 1951 di Kudus, Jawa Tengah, dengan hanya 10 pekerja.

Bisnisnya kian berkembang hingga Gwan meninggal pada 1963 dan mewariskan perusahaannya kepada Michael dan Budi. Djarum semakin berkembang dan menjadi perusahaan rokok yang sangat besar saat ini. Djarum yang diambil dari nama jarum dengan ejaan baru kini punya 60 ribu orang karyawan.

Budi adalah seorang penggemar olahraga bulu tangkis. Karena itu, dia mendirikan PB Djarum di 1974. Berawal dari itu, atlet nasional berbakat Liem Swi King adalah jebolan dari PB Djarum. Perkumpulan bulu tangkis ini juga pernah mengukir prestasi gemilang kala Indonesia merebut Piala Thomas 1984 di Kuala Lumpur Malaysia. Dari 8 pemain kala itu, 7 di antaranya berasal dari PB Djarum.

Merek Djarum juga merambah ke sepak bola. Perusahaan ini menjadi salah satu sponsor terbesar untuk hak siar pertandingan sepak bola dunia dan menjadi sponsor terbesar Liga Indonesia.

Kedua bersaudara ini juga membeli sebagian besar saham Farindo dari Farallon Capital, Amerika Serikat (AS), pada 2007. Bisnis lain yang dikembangkannya, termasuk real estate, dan minyak sawit.

Michael Hartono juga memiliki 26 persen saham di perusahaan operator menara telekomunikasi Sarana Menara Nusantara.

Perusahaannya yang berpusat di Kudus, Jawa Tengah, ini mengkontribusikan 19 persen dari 303 miliar rokok untuk dijual di Indonesia pada 2012.

Dia dan sang kakak juga memiliki salah satu pusat perbelanjaan besar, yakni Grand Indonesia. Tak hanya itu keduanya juga memiliki Hotel Kempinski dan Menara BCA. (Zul/Nrm)**

** Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini