Gerak Rupiah Fluktuaktif, BI Sibuk Intervensi

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mengaku tak segan-segan melakukan intervensi untuk menstabilisasi nilai tukar rupiah yang sudah bergerak liar nyaris menembus level 14.000 per dolar Amerika Serikat (AS).

Pelemahan kurs rupiah dipicu serangkaian faktor eksternal, terutama spekulasi devaluasi yuan China dan jelang kenaikan suku bunga bank sentral AS atau The Fed.

Deputi Gubernur BI, Perry Warjiyo mengaku BI terus melakukan pemantauan dan segera mengambil tindakan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

"(Intervensi) sudah dilakukan selama ini, tentu sudah menjadi standar prosedur dan komitmen kita. Begitu rupiah bergerak agresif, kita selalu melakukan intervensi," ucap dia di Nusa Dua, Bali, Jakarta, Jumat (11/12/2015).  

Intervensi, sambung Perry, dilakukan baik di pasar valuta asing (valas) maupun di pasar Surat Berharga Negara (SBN). "Kita tidak segan-segan membeli SBN di pasar sekunder. Itu sudah menjadi komitmen kita," tegas Perry.   

Penyebab rupiah terdepresiasi, kata Perry, salah satunya karena spekulasi pasar atas kebijakan China yang akan melemahkan kembali mata uang Yuan untuk memacu ekspor dalam rangka perbaikan ekonominya. Devaluasi Yuan, lanjutnya, akan dilakukan secara bertahap, seperti yang terjadi pada Agustus lalu.

"Penguatan dolar AS, dikombinasi dengan pelemahan euro dan yuan secara bertahap memberi tekanan kepada kurs rupiah dan mata uang negara berkembang lainnya. Tapi kita terus memantau dan tidak segan-segan intervensi ketika terjadi suatu pergerakan yang berlebihan," terang dia. (Fik/Ahm)

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6