Sukses

Harga Premium dan Solar Akan Turun Seminggu Lagi?

Kementerian ESDM sibuk mengevaluasi dan menghitung harga BBM subdisi solar.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sibuk mengevaluasi dan menghitung harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi Solar dan jenis non subsidi Premium untuk Januari 2016. Selain karena rutin dievaluasi per tiga bulanan, perhitungan ini juga merespons harga minyak dunia amblas ke level US$ 35 per barel.

Direktur Pembinaan Program Migas Kementerian ESDM, Agus Cahyono Adi masih bungkam terkait keputusan apa yang diambil pemerintah terkait harga jual BBM bulan depan. Namun sinyal-sinyal penurunan tersirat dari pernyataan Agus.

"Memang sudah diitung‎, tapi tunggu seminggu lagi lah (diumumkan). ‎Aku kan tidak bisa ngomong, biar Pak Sudirman Said yang bicara. Tapi coba saja lihat harganya (minyak dunia) sudah kayak apa, nyungsep banget," ujarnya ditemui di Jakarta, Jumat (18/12/2015).

Direktur Jenderal (Dirjen) Anggaran Kemenkeu, Askolani sebelumnya mengungkapkan, pemerintah akan kembali menghitung harga jual BBM Solar subsidi berdasarkan rata-rata harga minyak dunia, harga MOPS (Mean of Plats Singapore) dan nilai tukar rupiah. Solar subsidi saat ini masih dijual seharga Rp 6.700 per liter.


"Kami harus hitung lagi secara bulanan. Sebelumnya kan harga Solar sudah diturunkan. Harga BBM bulan lalu tidak jauh dari harga keekonomian," ucapnya.

Kata Askolani, pemerintah akan mengevaluasi harga BBM pada Januari 2016. Apakah ada kemungkinan untuk turun atau tetap berdasarkan perhitungan yang telah ditetapkan. Namun ia memperkirakan, harga jual Solar subsidi bisa turun.

"Solar kemungkinan bisa turun lagi. Indikasi, insting saya bisa lebih murah. Nanti kita akan buktikan dengan perhitungan tergantung MOPS dan kurs rupiah. Kalau harga MOPS-nya turun, maka akan sangat membantu," jelas Askolani.

Di sisi lain, sambungnya, pemerintah enggan menanggung kerugian PT Pertamina (Persero) sekitar Rp 12 triliun akibat batal menaikkan harga BBM pada pertengahan tahun ini. Kerugian itu dianggap utang pemerintah kepada BUMN Migas tersebut.

"Belum. Kita tidak tahu utang atau rugi apa, itu kan hanya sepihak dari Pertamina. Kita belum pernah mengakui itu sebagai utang. Angka-angka itu kan juga harus diaudit, jadi tidak bisa satu pihak. Dan ini belum pernah dibicarakan," terang Askolani.

Hanya saja, pemerintah memikirkan cara lain agar neraca keuangan Pertamina tetap sehat dan tidak merugi. Salah satunya mengurangi setoran dividen kepada Negara. "Implikasinya di tahun lalu kan begitu, dividen dikurangi pada 2014. Even di 2015 pun kita turunkan dividennya dan dividen di tahun depan juga tidak tinggi," ujar Askolani. (Fik/Gdn)


**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini