Sukses

Zimbabwe Adopsi Yuan jadi Mata Uang Sah

Ini dilakukan sebagai alat pembayaran yang sah untuk imbalan pembatalan utang senilai US$ 40 juta.

Liputan6.com, Jakarta Zimbabwe berencana untuk mengadopsi mata uang China, Yuan sebagai mata uang sehari-hari mereka. Ini dilakukan sebagai alat pembayaran yang sah untuk imbalan pembatalan utang senilai US$ 40 juta.

China telah menjadi investor terbesar di Zimbabwe, nrgara yang dijauhi negara Barat atas kasus hak asasi manusia dan berjual untuk bangkit dari resesi di 1998-2008, yang memaksa pemeritnah untuk membuang mata uangnya sendiri di 2009.

Menteri Keuangan Zimbabwe Patrick Chinamasa menyatakan rencana untuk menggunakan yuan untuk perdagangan antara China dan Zimbabwe dan penerimannya dengan konsumen di Zimbabwe.

Dalam 5 tahun terakhir, Zimbabwe menerima lebih dari US$ 1 miliar pinjaman berbunga rendah dari China.

"Mereka (China) mengatakan mereka akan membatalkan utang kita yang jatuh tempo pada tahun ini, dan kita tengah dalam proses finalisasi instrumen dan menghitung utang," kata Patrick seperti dilansir dari Aljazeera, Kamis (24/1/2/2015).

Namun, menurut seorang analis Zimbabwe, yuan telah menjadi alat pembayaran yang sah selama dua tahun terakhir dan komentar Chinamasa ini agak membingungkan.

"Terlihat tak ada yang berubah dari langkah terbaru ini," kata ekonom John Roberston Al Jazeera.

"Yuan termasuk dalam apa yang disebut sistem multi-mata uang beberapa tahun yang lalu. Ini hal baru. Yang berbeda adalah lampiran untuk utang. Tampaknya pemerintah berusaha untuk melewati ini sebagai konsesi dari CHina

China telah dituduh mengeksploitasi sumber daya benua yang luas mineral dan energi dengan mengorbankan masyarakat setempat.

Pada kunjungan yang jarang ke Harare dengan pemimpin Cina, Presiden Xi Jinping menyaksikan penandatanganan 10 perjanjian ekonomi awal bulan ini, termasuk US$ 1 miliar pinjaman untuk memperluas pembangkit listrik termal terbesar Zimbabwe.

"Tidak ada yuan beredar di negeri ini," kata Robertson.

Tetapi orang-orang menerima pembayaran akan menginginkannya dalam dolar sebagai lawan yuan dan itu akan sangat merusak pada bunga pijaman dari China

Kepala bank sentral Zimbabwe John Mangudya adalah dalam negosiasi dengan pihak Bank Rakyat Cina "untuk melihat apakah kita dapat meningkatkan penggunaannya di sini," kata Menteri Keuangan.

Tapi Robertson menyarankan meskipun China aktif di pasar Zimbabwe dan ekonomi, tidak ingin menjual barang dengan mata uang China.

Hubungan yang lebih ditingkatkan ketika Presiden Robert Mugabe dianugerahi China untuk Hadiah Nobel Perdamaian pada bulan Oktober.

Mugabe telah menempatkan kepentingan besar pada hubungan Zimbabwe dengan China, terutama setelah kebuntuan dengan Uni Eropa di 2003 yang mengakibatkan depresi ekonomi saat suku bunga melonjak hampir 600 persen.

"China sangat membutuhkan pasar barang konsumen, pada dasarnya siapapun dengan daya beli dapat membayar," ujar Robertson. (Zul/Igw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini