Sukses

Jokowi Buka Perdagangan Perdana di 2016, IHSG Bertengger ke 4.572

IHSG sempat sentuh level tertinggi 4.580,32 dan terendah 4.568,31.

Liputan6.com, Jakarta - Mengawali pembukaan perdagangan saham awal 2016, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona merah. Pembukaan perdagangan di awal tahun ini dilakukan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). 

Pada pra-pembukaan perdagangan saham, Senin (4/1/2016), IHSG turun 12,84 poin atau 0,28 persen ke level 4.580,06. Pelemahan IHSG pun berlanjut pada pembukaan perdagangan saham pukul 09.00 WIB. IHSG turun 22,88 poin atau 0,44 persen ke level 4.572,23.

Indeks saham LQ45 melemah 0,67 persen ke level 786,47. Seluruh indeks saham acuan kompak berada di jalur merah pada Senin pagi ini.

Ada 79 saham melemah sehingga menekan IHSG ke zona merah. Sementara 38 saham menguat dan 38 saham lainnya diam di tempat.

IHSG sempat menyentuh level tertinggi 4.580,32 dan terendah 4.568,31. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 5.417 kali dengan volume perdagangan saham 91,99 juta saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 125,05 miliar.

Secara sektoral, 10 sektor saham kompak melemah. Sektor saham perkebunan turun 0,14 persen. Sektor saham perdagangan melemah 0,60 persen dan sektor saham konstruksi jatuh 0,55 persen.

Berdasarkan data RTI, investor asing melakukan aksi jual bersih sekitar Rp 2 miliar. Sedangkan pemodal lokal melakukan aksi beli sekitar Rp 2 miliar.

Saham-saham yang menguat dan sebagai penggerak indeks saham antara lain saham GOLL naik 21,62 persen ke level Rp 90 per saham, saham NIPS mendaki 9,88 persen ke level Rp 467 per saham dan saham PNBS naik 7,20 persen ke level Rp 268 per saham.

Adapun saham-saham tertekan antara lain saham BTEK turun 10 persen ke level Rp 1.620 per saham, saham SUGI susut 10 persen ke level Rp 423 per saham, dan saham MASA melemah 9,97 persen ke level Rp 316 per saham.

Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) di awal tahun ini dibuka oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). "Pembukaan BEI dengan ini saya nyatakan dibuka dan dimulai," kata Jokowi dan dilanjutkan dengan memencet bel tanda pembukaan perdagangan.

Dalam sambutannya, Presiden Jokowi mengungkapkan bahwa 2015 merupakan tahun yang sangat berat bagi semua industri, termasuk industri pasar modal. "Tahun 2015 adalah tahun tantangan, terutama sektor keuangan, karena banyak hal yang kita hadapi seperti perlambatan ekonomi dunia, ketakutan suku bunga the Fed," jelasnya.

Namun ia meminta agar tahun 2016 ini dipandang sebagai tahun optimisme. Pasalnya, meskipun tahun 2015 kemarin banyak tantangan namun bisa dilewati dengan baik. Presiden RI Joko Widodo di dampingi Menteri Perekonomian Darmin Nasution Gubernur DKI Jakarta Basuki T Purnama, Ketua OJK Muliaman Hadad saat pembukaan perdagangan saham 2016 di Jakarta, Senin (4/1). (Liputan6.com/Angga Yuniar)
"Saya optimsitis tahun 2016 kita akan jauh lebih baik dari kemarin. Banyak orang ragu mengenai realisasi APBN setiap hari bisa tanya kepada Menko Ekonomi dan Menteri Keuangan, setiap pagi saya cek, saya kontrol penerimaan seperti apa, karena bapak ibu banyak ragu itu," jelasnya. 

Analis PT Firs Asia Capital, David Sutyanto menjelaskan, pelaku pasar akan mencermati data-data makro ekonomi yang akan dirilis pada hari ini seperti data manufaktur, inflasi dan data kepercayaan konsumen bulan Desember.

"Apabila data tersebut positif, tidak tertutup kemungkinan pada awal perdagangan tahun ini IHSG berpotensi mengalami January Effect," jelasnya.

January Effect merupakan fenomena tahunan yang terjadi pada pasar modal yang ditandai dengan menguatnya harga-harga saham di bulan Januari. Sektor-sektor yang berpotensi mengalami penguatan adalah konstruksi, semen dan infrastruktur. (Amd/Gdn)*


**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.