Sukses

Konflik Timur Tengah Tekan Rupiah ke 13.931 per Dolar AS

Sepanjang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.816 per dolar AS hingga 13.994 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tertekan akibat ketegangan yang terjadi di Timur Tengah. Konflik di Timur Tengah membuat dolar AS menguat sehingga menekan semua mata uang dunia.

Mengutip data Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), nilai tukar rupiah berada di level 13.931 per dolar AS pada Selasa (5/1/2016). Level tersebut melemah jika dibandingkan dengan perdagangan sehari sebelumnya yang ada di level 13.898 per dolar AS.

Sedangkan berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka di level 13.963 per dolar AS. Melemah jika dibandingkan dengan penutupan sehari sebelumnya yang ada di level 13.943 per dolar AS.

Namun menjelang siang, rupiah mengalami penguatan ke level 13.824 per dolar AS. Sepanjang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.816 per dolar AS hingga 13.994 per dolar AS.

Dalam dua hari terakhir memang rupiah terus tertekan. Di Asia, pelemahan rupiah berada di bawah ringgit Malaysia. Pelemahan nilai tukar mata uang di wilayah Asia ini terjadi karena penguatan dolar AS.

Sejak Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran, permintaan akan dolar AS memang meningkat. Pemutusan hubungan diplomatik tersebut dilakukan setelah kedutaan besar Arab diserang oleh para demonstran. Serangan terjadi karena karena pemerintah Saudi melakukan eksekusi hukuman mati seorang ulama Syiah.

"Di antara semua mata uang utama, yang diuntungkan hanya dolar AS," jelas Analis nilai tukar Malayan Banking Bhd, Singapura, Saktiandi Supaat. Ia melanjutkan, konflik di Timur Tengah tersebut membuat investor khawatir akan terjadi guncangan di harga minyak sehingga mereka memilih untuk menaruh dananya dalam bentuk dolar AS dahulu.

Ekonom PT Samuel Sekuritas, Rangga Cipta menjelaskan, pelemahan rupiah lebih disebabkan tekanan dari luar. Jika dilihat, data-data yang ada di dalam negeri seharusnya mendukung penguatan rupiah.

Inflasi untuk Desember 2015 turun ke 3,35 persen secata year on year (YoY) dari 4,89 persen (YoY). Sementara inflasi inti turun ke 3,95 persen (YoY) dari 4,77 persen (YoY).

Selain itu, langkah pemerintah untuk menunda rencana pungutan Dana Ketahanan Energi (DKE) juga memberikan efek positif. Pemerintah memutuskan untuk menunda pungutan Dana Ketahanan Energi (DKE) yang direncanakan bakal diterapkan mulai 5 Janurai 2015. Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan bahwa DKE tetap diberlakukan pada 5 Juanuari 2016.

Menteri Energi dan sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said mengungkapkan, penundaan tersebut sesuai dengan hasil rapat terbatas yang dipimpin langsung oleh Presiden RI Joko Widodo di Istana Kepresidenan.

Sudirman mengungkapkan penerapan pungutan dana ketahanan energi ini diperintahkan Jokowi diterapkan melalui mekanisme APBN-P 2016. Dengan demikian penerapan pungutan tersebut akan dibahas dengan DPR RI.

"Menghindari kontroversi yang muncul.‎ konsekuensinya maka harga BBM akan dikenakan harga baru yang tidak lagi ditambahi dengan penghimpunan dana pengembangan energi ini," ‎kata Sudirman di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (4/1/2016). (Gdn/Ahm)


**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.