Sukses

Harga Minyak Jatuh ke Titik Terendah dalam 11 Tahun

Harga minyak telah merosot dari posisinya tertingginya di US$ 115 per barel pada Juni 2014.

Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia mencapai titik terendah dalam lebih dari 11 tahun. Pemicunya, dugaan Arab Saudi dan Iran selaku eksportir utama minyak dunia untuk memangkas produksi ternyata tidak terjadi usai merenggangnya hubungan kedua negara dan adanya kenaikan tajam dalam persediaan bensin di Amerika Serikat.

Melansir laman CNBC, Kamis (7/1/2016), harga patokan minyak mentah berjangka Brent berada di posisi US$ 34,22 per barel, atau turun 6,02 persen. Ini merupakan posisi terendah mereka sejak awal 30 Juni 2004.

Sedangkan minyak mentah berjangka AS turun US$ 2,02 atau 5,559 persen menjadi US$ 33,96 per barel setelah tergelincir 79 sen sehari sebelumnya. Harga ini juga mencapai tingkat terendah sejak 13 Februari 2009, ketika jatuh ke posisi US$ 33,81 per barel.

Pemicu penurunan harga minyak antara lain disebabkan laporan lembaga Administrasi Informasi Energi yang menyebutkan pasokan bensin AS bertambah 10,1 juta barel pada pekan lalu, dari 900 ribu di minggu sebelumnya. Namun, persediaan minyak mentah AS turun 5,1 juta barel pada pekan lalu.

"Ini kenaikan terbesar dalam pasokan bensin sejak tahun 1993, yang membuat harga bensin akan runtuh," kata John Kilduff, Pendiri Again Capital.

Kemudian bukti perlambatan pertumbuhan ekonomi di China dan India telah memicu kekhawatiran bahwa permintaan yang kuat dari negara lain tidak cukup untuk menyerap kelebihan pasokan minyak mentah yang telah dihasilkan dari produksi selama setahun terakhir.

Kehebohan atas eksekusi Arab Saudi terhadap ulama Syiah juga ikut melucuti hampir 8 persen harga minyak dunia dalam tiga hari perdagangan terakhir. Ini juga mematikan spekulasi anggota OPEC mungkin menyepakati pengurangan produksi untuk mengangkat harga.

"Ada kenaikan stok dan ketegangan antara Iran dan Arab Saudi membuat kesepakatan produksi menjadi tidak mungkin," kata Michael Hewson, Kepala Strategi CMC Markets.

Harga minyak telah merosot dari posisinya tertingginya di US$ 115 per barel pada Juni 2014 imbas dari membanjirnya minyak Amerika Serikat di pasar.

Sementara penurunan harga telah mendorong beberapa produsen memproduksi lebih besar untuk mengkompensasi pendapatan yang lebih rendah dan menjaga pangsa pasar.(Nrm/Zul)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini