Sukses

Wacana Pembangunan PLTN di RI Sejak 1960

Indonesia bisa dibilang menjadi pemimpin dalam mendesain rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di ASEAN

Liputan6.com, Jakarta Indonesia bisa dibilang menjadi pemimpin dalam mendesain rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di ASEAN khususnya negara tetangga. Tapi eksekusinya harus gagal padahal hal ini sudah diwacanakan sejak 1960.

Anggota Dewan Energi Nasional (DEN), Rinaldy Dalimi mengungkapkan, Indonesia sudah berencana membangun PLTN sejak 1960-an. Bahkan hal ini sudah diakui negara-negara di kawasan Asia Tenggara, dan saat ini mereka mulai mengekor RI untuk mendirikan pembangkit nuklir.

"Kita sudah lama punya peta jalan bangun PLTN uranium, seperti di Muria Jepara, Jawa Tengah. Malahan itu sudah mau dibangun," ujarnya di Jakarta, Minggu (10/1/2016).

Pada kenyataannya, sambung Rinaldy, realisasi PLTN harus gagal karena Batan Teknologi dianggap kurang berhasil meyakinkan para pengambil keputusan dan masyarakat Indonesia, bahwa PLTN sangat dibutuhkan sebagai sumber energi alternatif.

"Kini, giliran Vietnam dan Malaysia yang mencanangkan PLTN. Malaysia sedang mempersiapkan, sementara Vietnam sudah penjajakan lokasi, seperti kita dulu di Muria sudah ada lokasi dan keputusan pemerinta, tapi tidak jadi dibangun," paparnya.

Namun Rinaldy menepis kabar yang menyebut bahwa Malaysia akan membangun PLTN di wilayah perbatasan Indonesia, tepatnya di Kalimantan. "Ah tidak. Kemarin mereka mempresentasikan tidak begitu. Mereka baru mempersiapkan langkahnya. Jadi kita lebih maju daripada negara ASEAN," jelasnya.

Kata Rinaldy, setelah 30 tahun kegagalan Batan dalam meyakinkan pemerintah dan masyarakat atas pembangunan PLTN, akhirnya ditetapkan nuklir merupakan pilihan terakhir dalam kebijakan energi nasional.

Kendati demikian, lanjutnya, bukan berarti Indonesia tidak akan mempunyai PLTN sampai kapanpun. Menurut Rinaldy, Indonesia dan masyarakat dunia sedang menunggu PLTN dengan teknologi fusi (matahari) yang bertolakbelakang dengan teknologi fisi.

"Negara-negara maju sedang mencurahkan banyak anggaran untuk pengembangan teknologi fusi ini, karena fusi aman, tidak ada radiasi, bahan bakarnya detrium atau air berat yang di Indonesia sangat banyak, bukan seperti uranium. Ada yang bilang bakal hadir di 2030, 2050 atau 2060, kita tunggu saja karena Batan diamanatkan untuk menguasai teknologi nuklir yang sedang berkembang di dunia saat ini," terang Rinaldy. (Fik/Zul)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.