Sukses

BI Rate Turun 25 Basis Poin Jadi 7,25%

Sedangkan untuk suku bunga Deposit Facility dan Lending Facility, BI memilih untuk tidak mengubahnya.

Liputan6.com, Jakarta - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 14 Januari 2016 memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poin menjadi 7,25 persen dari sebelumnya yang ada di angka 7,5 persen. Penurunan ini untuk oertama kalinya setelah BI menahan suku bunga selama 11 bulan berturut-turut. 

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirta Segara mengatakan, penurunan tersebut dilakukan oleh BI karena memang ada peluang untuk melakukannya. "Ada ruang penurunan seiring terkendalinya inflasi dan ekonomi Indonesia di awal 2016," jelasnya di Jakarta, Kamis (14/1/2016). 

Sedangkan untuk suku bunga Deposit Facility dan Lending Facility, BI memilih untuk tidak mengubahnya. Saat ini, suku bunga Deposit Facility masih ada di angka 5,50 persen dan Lending Facility pada level 8 persen.

Bank Indonesia memandang bahwa ruang bagi pelonggaran kebijakan moneter semakin terbuka dengan terjaganya stabilitas makroekonomi, khususnya inflasi akhir tahun 2015 yang akan berada di bawah 3 persen dan defisit transaksi berjalan yang akan berada pada kisaran 2 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Di luar itu, Bank Indonesia akan mencermati perkembangan pasar keuangan global pascakenaikan suku bunga Bank Sentral AS (Fed Fund Rate) dan kondisi ekonomi domestik dalam jangka pendek ke depan.

Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dalam pengendalian inflasi, penguatan stimulus pertumbuhan, dan reformasi struktural, sehingga mampu menopang pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dengan stabilitas ekonomi makro dan sistem keuangan yang tetap terjaga.

Langkah BI menurunkan BI Rate ini sesuai dengan perkiraan dari para ekonom. "Saya perkirakan turun ke 7,25 persen," kata pengamat ekonomoi dari Universitas Gadjah Mada, Toni Prasetyantono kepada Liputan6.com, Kamis (14/1/2016).

Toni berpendapat penurunan itu dilakukan karena inflasi 2015 yang terkendali, yaitu hanya 3,35 persen (YoY). Selain itu di tengah gejolak ekonomi, cadangan devisa juga masih stabil yaitu di level US$ 105 miliar.

Menurutnya, penurunan BI rate diperlukan untuk mendorong kredit bank melampaui 10 persen yang notabene untuk melampaui pencapaian pertumbuhan kredit di 2015.

"Kalau soal pemerintah dilibatkan dalam RDG, menurut saya itu tidak masalah, supaya mendapat gambaran kondisi ekonomi yg menyeluruh, komprehensif," tegas Toni.

Dirinya memandang meski pemerintah ikut dalam RDG, bukan berarti itu bentuk intervensi dari pemerintah ke Bank Indonesia. Toni percaya, Agus Martowardojo tetap mengedepankan independensi Bank Indonesia.

Sementara itu, ‎Kepala Ekonom Bahana TWC Investmen Management Budi Hikmat juga memperkirakan RDG kali ini akan menurunkan BI rate. "Gap antara inflasi dengan BI Rate sudah terlalu jauh, kini akan turun 25 basis poin," jelasnya. (Yas/Gdn)


**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.