Sukses

Harga Minyak Turun, Rupiah Tertekan ke 13.974 per Dolar AS

Dari pagi hingga siang ini, rupiah berada di kisaran 13.901 per dolar AS hingga 13.974 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah pada perdagangan di awal pekan ini. Pelemahan rupiah karena anjloknya harga minyak dunia dan juga imbas dari penurunan bursa saham China. 

Mengutip Bloomberg, Senin (18/1/2016), rupiah dibuka di level 13.974 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan akhir pekan lalu yang ada di level 13.909 per dolar AS. Dari pagi hingga siang ini, rupiah berada di kisaran 13.901 per dolar AS hingga 13.974 per dolar AS.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah ada di level 13.931 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan pekan lalu yang ada di level 13.886 per dolar AS. 

Pelemahan rupiah seirama dengan beberapa nilai tukar di negara Asia lainnnya. Pelemahan rupiah ini karena penguatan dolar AS. Nilai tukar dolar AS menguat karena penurunan minyak dunia hingga di bawah level US$ 30 per barel.

Di awal pekan ini, harga minyak berjangka Brent susut lebih dari tiga persen di bawah US$ 28 per barel. Angka ini terendah sejak 2003. Harga minyak telah menurun tajam sejak pertengahan 2004 didorong permintaan melambat karena perlambatan ekonomi China, dan peningkatan produksi minyak di AS.

ke depan, pasokan minyak akan bertambah seiring sanksi internasional terhadap Iran sudah dicabut. Dalam beberapa tahun terakhir memang Iran mendapat embargo dari dunia barat dengan tidak boleh menjual minyak. Saat ini embargo tersebut telah dicabut sehingga minyak Iran akan ikut membanjiri dunia. 

Analis Senior Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities, Norihiro Fujito menjelaskan, sebagian besar pelaku pasar saat ini memang tertuju kepada harga minyak. "Pelemahan harga minyak membuat investor mencari aman dengan memilih dolar AS," jelasnya seperti dikutip dari Reuters. 

Bagi Indonesia, penurunan harga minyak tersebut membuat harga-harga komoditas juga mengalami penurunan. Dengan kenyataan tersebut akan membuat ekspor komoditas melemah sehingga berpengaruh kepada neraca perdagangan. 

Ekonom PT Samuel Sekuritas, Rangga Cipta menambahkan, sentimen dari gejolak pasar saham China yang terjadi pada pekan kemarin juga masih tersisa dan mendorong pelemahan mata uang di Asia. (Gdn/Ahm)


**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini