Sukses

Harga Minyak AS Kembali Jatuh ke Level US$ 28,46 per Barel

Dii awal perdagangan, harga minyak Brent sempat rebound dari harga terendah yang pernah dicetak dalam 12 tahun terakhir.

Liputan6.com, New York - Harga minyak di Amerika Serikat (AS) mengalami perubahan yang cukup cepat dalam sehari perdagangan. Harga minyak Brent akhirnya jatuh 3,3 persen setelah sebelumnya sempat mendaki 1 persen pada perdagangan Selasa (Rabu waktu Jakarta). Harga minyak mentah AS (Brent) dalam perdagangan berjangka turun 96 sen atau 3,26 persen ke level US$ 28,46 per barel.

Mengutip CNBC, Rabu (20/1/2016), di awal perdagangan, harga minyak Brent sempat rebound dari harga terendah yang pernah dicetak dalam 12 tahun terakhir. Kenaikan harga minyak tersebut terjadi karena permintaan di China kemungkinan akan mencapai rekor tertinggi dalam 2015.

Namun ternyata, pemulihan harga minyak tidak berjalan sesuai harapan. Di tengah perdagangan, harga minyak kembali melemah karena memang pelaku pasar melihat bahwa kenaikan permintaan China tidak bisa mengatakan kelebihan pasokan yang terjadi saat ini.

Para analis melihat lonjakan-lonjakan kecil harga minyak masih akan bisa terjadi melihat bahwa saat ini harga minyak telah berada di level terendah dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun baru beberapa hari, harga minyak telah melemah lebih dari 20 persen di tahun ini.

"Tampaknya harga minyak tidak akan terus menerus berada di bawah. Ada saatnya untuk kembali berbalik," jelas Tamas Varga, Analis London brokerage PVM Oil Associates.

Para pelaku pasar melihat bahwa harga minyak Brent di pasar berjangka akan kembali naik dalam perdagangan intraday karena kenaikan permintaan di China. Berdasarkan perhitungan Reuters, konsumsi minyak di China pada 2015 mencapai 10.320.000 barel per hari, naik 2,5 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

The International Energy Agency menyarankan agar negara-negara di dunia tetap mempertahankan kebijakan energi mereka dengan meningkatkan industri untuk menyerap minyak. Hal tersebut untuk menanggulangi kelebihan pasokan yang ada saat ini.

Bertambahnya pasokan minyak di dunia akan lebih besar pada 2016 ini jika dibandingkan dengan 2015 kemarin. Alasannya, adanya kenaikan ekspor minyak Iran setelah pencabutan sanksi internasional. Iran merupakan anggora Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) menyatakan meningkatkan produksi sebesar 500 ribu barel per hari.

Pada perdagangan pekan kemarin, kekhawatiran terhadap tambahan pasokan minyak dari Iran membuat harga minyak dunia tertekan. Harga minyak Brent merosot 29 sen ke level US$ 28,64. Sedangkan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) merosot 48 sen menjadi US$ 28,94 per barel.

"Anda tak bisa mengatakan ini hal tak terduga, tapi sentimen Iran merupakan faktor tambahan mempengaruhi harga minyak. Ini menunjukkan kelebihan pasokan minyak global dan kekhawatiran permintaan dari China," ujar Analis TD Securities, Bart Melek.

Para analis memperkirakan, ekspor minyak Iran sebesar 500 ribu barel per hari dalam jangka pendek sangat realistis. Namun ada keraguan mengenai infrastruktur minyak Iran apakah mendukung untuk peningkatan dalam waktu dekat. (Gdn/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.