Sukses

Bos Kadin Sebut RI Harus Ambil Manfaat dari MEA

Saat MEA diberlakukan, tenaga kerja Indonesia juga diminati negara lain.

Liputan6.com, Yogyakarta - Ketua Rosan Roeslani menuturkan, Indonesia berpotensi sangat besar saat Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN) diberlakukan.

Potensi itu terdiri atas alam hingga sumber daya manusianya yang mendukung ekonomi Indonesia ke depan. Karena itu, Ia meminta masyarakat Indonesia dapat mengambil manfaat dari dibukanya MEA.

"Dari segi populasi memiliki potensi pasar paling besar saat MEA. Total populasi ASEAN saja 625 juta dan Indonesia 250 juta. Kemudian ekonomi 40 persen ada di Indonesia. Kalau melihat potensi alam yang besar maka harus menyiapkan diri juga. Lebih melihat akses manfaat dari MEA yang dapat diambil dari situ," ujar dia, Kamis (21/1/2016).

Roslan mengakui mendapat cerita dari pengusaha di negara ASEAN lainnya. Para pengusaha takut dan khawatir ada serbuan tenaga kerja dari negara lain.

Namun ia menyatakan, saat pemberlakuan MEA ada 8 kategori profesi yang masuk dalam aturan MEA yaitu akuntan, insinyur, dokter, tenaga survei, arsitek, perawat, dokter gigi dan tenaga pariwisata. Ia menuturkan, tenaga kerja kasar tidak akan masuk ke Indonesia.

Meski begitu, dari 8 jenis kategori profesi itu, Indonesia harus khawatir. Rosan menuturkan, tenaga kerja asal Indonesia juga diminati negara lain.

"Tenaga kerja Indonesia yang pandai juga ditawari di luar negeri kenapa karena insentifnya fasilitasnya lebih bagus. Kita harus khawatirkan tenga kerja ke sini adalah yang menengah karena tenaga kerja Indonesia sudah terbiasa melakukan proyek-proyek besar. Jangan hanya melihat serbuan tenaga kerja dari luar tapi tenaga kerja Indonesia diambil negara lain," ujar dia.

Roslan menyatakan, Indonesia siap menghadapi MEA. Saat ini pemerintah sudah mulai mengembangkan dan membangun ekonomi melalui pembangunan infrastruktur di daerah.

Meski sudah siap, Indonesia juga mesti berpihak terhadap kepentingan nasional terutama mengundang investor asing.

"Sekarang ekonomi mulai dibangun dari pinggiran dan daerah. Bukan zamannya pusat mendorong daerah justru sebaliknya. Kalau dilihat potensi daerah selama ini belum optimal bisa dioptimalkan karena dilihat saat ini infrastruktur jadi prioritas kebanyakan pembangunan di daerah baik jalan atau jalan tol kereta api dari Sumatra, Sulawesi dan Kalimantan," ujar dia.  (Fathi M/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.