Sukses

Ekonomi China akan Bebani Pasar Saham

Ekonomi China melambat ditambah harga minyak dunia merosot akan meningkatkan risiko deflasi.

Liputan6.com, Jakarta - Miliarder yang juga investor George Soros menuturkan, ekonomi China menuju hard landing atau alami hentakan keras untuk ekonominya sehingga menambah tekanan terhadap deflasi global. Hal itu membebani pasar saham dan meningkatkan obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS).

"Sebuah hentakan keras praktis tidak dapat dihindari. Saya tidak mengharapkan hal itu, tetapi mengamatinya," ujar Soros seperti dikutip dari laman Bloomberg, Jumat (22/1/2016).

Ia mengatakan, ekonomi China merosot akan berdampak ke seluruh dunia. Meski pembuat kebijakan memiliki sumber daya untuk mengelola dampak domestiknya.

Meski demikian, Soros tidak merinci definisi mengenai hentakan keras yang dialami China. Ia menuturkan, pertumbuhan ekonomi China hanya sekitar 3,5 persen. Angka ini di bawah data resmi pemerintah China yang menunjukkan kalau pertumbuhan ekonominya tumbuh 6,8 persen pada kuartal IV 2015.

Dia menambahkan, China juga memiliki beban utang dan aliran dana asing keluar dari negara tersebut. Berdasarkan data Bloomberg, aliran dana keluar dari China mencapai US$ 843 miliar dalam 11 bulan.

Selain itu, Soros menuturkan ekonomi China melambat ditambah harga minyak lebih rendah dan persaingan devaluasi mata uang meningkatkan risiko deflasi di seluruh dunia.

"Tahun 2016 menjadi tahun sulit untuk pasar karena skenario investor tidak digunakan," ujar dia.

Soros juga menuturkan, dirinya akan terkejut jika bank sentral Amerika Serikat (AS) kembali menaikkan suku bunga. Sebelumnya bank sentral AS telah menaikkan suku bunga pada Desember 2015, dan diproyeksikan kembali menaikkan suku bunga pada tahun ini. "Bank sentral AS melakukan kesalahan ketika itu terjadi," tutur Soros.

Tak semua pihak memiliki pandangan buruk soal ekonomi China. Berdasarkan Goldman Sachs Private Wealth Management, investor mungkin bereaksi berlebihan terhadap perlambatan China ke dunia.

Bahkan Direktur Templeton Global Advisors Ltd menuturkan, kalau China tidak harus menjadi perhatian besar bagi investor global. "Rasa pesimistis yang ada di luar sana tampaknya tidak beralasan," ujar Arnold. (Ahm/Igw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini