Sukses

Bos Pertamina: Banyak Perusahaan Kolaps Imbas Harga Minyak Jeblok

Harga minyak dunia belum juga menunjukan tanda-tanda perbaikan sejak mengalami penurunan pada 2014 lalu

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia belum juga menunjukan tanda-tanda perbaikan sejak mengalami penurunan pada 2014 lalu. Hal dinilai akan memberikan dampak yang besar pada perusahaan yang bergerak di sektor minyak dan gas (migas).

Direktur Utama PT Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan, jika pada tahun ini harga minyak dunia belum juga terkerek naik, maka akan ada banyak perusahaan migas yang terancam bangkrut.

"Kalau di 2016 ini yang kami perkirakan mungkin kalau sekarang di bawah US$ 30 ini sudah banyak yang kolaps. Kalau ini berjalan terlalu panjang, pasti yang akan kolaps lebih banyak lagi," ujarnya di Jakarta Sabtu (30/1/2016).

Dwi mengatakan, pada tahun ini Pertamina sendiri masih akan mengacu pada harga minyak dunia di level US$ 30 per barel. Dengan demikian, seluruh kesepakatan bisnis yang berhubungan dengan minyak akan berpatokan pada harga tersebut untuk menghindarkan perusahaan dari kerugian.

"Jadi kita masih berasumsi bahwa tahun 2016 ini mungkin harga US$ 30 yang kita pakai. Jadi asumsi pertama di US$ 50 itu turun 40 persen. Dan ini kita harus bisa survive, maka cost 30 persen di-cut, revenue kita evaluasi dari mana," kata dia.

Sementara itu, untuk menghindarkan perusahaan dari kerugian yang lebih besar saat harga minyak dunia tengah anjlok. Dwi mengatakan pihaknya sangat berhati-hati dalam eksekusi belanja modal (capital expenditure/capex) pada tahun ini.

"Di capex kami review, mana-mana yang sangat tidak kita butuhkan atau kita tunda‎. Tapi kita tetap konsen untuk mempercepat pengembangan upstream bisnis. Jadi tantangan buat Pertamina, pertama adalah survive dan yang kedua tetap menangkap peluang harga minyak rendah ini untuk investasi," jelasnya.

Selain itu, Pertamina juga akan melakukan restrukturisasi terhadap anak-anak usahanya serta akan didorong untuk melantai bursa. Hal ini juga menjadi langkah efisiensi perusahaan.

"Ini kuncinya bagaimana kita bisa dapat dukungan. Restrukturisasi organisasi baik di holding Pertamina maupun di anak perusahaan harus kita lakukan untuk kita mendapat ‎tambahan-tambahan. Misalnya anak perusahaan kita harus listed kan untuk kita mendapatkan equity," tandasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini