Sukses

BPS: Kekhawatiran PHK Massal Berlebihan

Harga mobil masuk dalam faktor penyebab inflasi di Januari 2016 dengan perubahan harga 0,32 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan industri manufaktur besar dan sedang nasional mengalami pertumbuhan 4,57 persen sepanjang 2015 dibanding 2014. Sementara pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil naik 5,71 persen dari periode 2014.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Sasmito Hadi Wibowo menghitung, pertumbuhan produksi manufaktur seluruhnya sekitar 4,7 persen. Realisasi ini dinilai masih tumbuh dan berkembang walaupun perkembangannya tidak secepat tahun-tahun sebelumnya.

"Jadi kalau ada berita Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) besar-besaran, itu kekhawatiran yang berlebihan," tegasnya saat ditemui di kantor BPS, Jakarta, Senin (1/2/2016).

Dari data BPS menunjukkan, industri manufaktur besar dan sedang pada tahun lalu yang mengalami kenaikan salah satunya industri kendaraan bermotor, trailer dan semi trailer 4,29 persen. Industri lainnya, komputer, barang elektronik dan optik naik 3,03 persen.

Padahal industri otomotf dan industri elektronik sedang dihempas isu PHK massal, paska Ford Motor Indonesia menutup operasinya di Indonesia. Bahkan dua raksasa elektronik asal Jepang PT Panasonic dan PT Toshiba menurut Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) menutup perusahaan. Akibatnya akan berdampak pemecatan ribuan buruh di perusahaan tersebut.

"Sebenarnya industri manufaktur kita masih berkembang. Misalnya industri otomotif, memang biaya produksi makin tinggi karena bahan baku harus diimpor, sedangkan kurs dolar AS sedang menguat terhadap rupiah. Jadi harga mobil rata-rata naik, konsumen mengurangi pembelian dan penjualan mobil turun," jelas Sasmito.

Harga mobil masuk dalam faktor penyebab inflasi di Januari 2016 dengan perubahan harga 0,32 persen dan andil ke inflasi 0,01 persen karena meningkatnya biaya produksi. Kenaikan harga tertinggi di Merauke 6 persen serta Bulukumba dan Tual masing-masing 3 persen.

"Coba kalau penjual mobil menahan untungnya tidak besar. Maka harga mobil tetap sehingga penjualan mobil atau motor masih bagus. Atau masuk ke pasar ekspor karena ekspor mobil kita cukup besar hingga miliar dolar AS per tahun," tutur Sasmito. (Fik/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini