Sukses

Tak Ada Kereta Cepat, Jakarta-Bandung‎ Bisa 9 Jam

Pemerintah bekerja keras untuk pembangunan mega proyek kereta cepat Jakarta-Bandung‎.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah bekerja keras untuk pembangunan mega proyek kereta cepat Jakarta-Bandung‎. Adanya proyek kereta cepat Jakarta-Bandung tersebut sebagai langkah awal pemerintah untuk membangun transportasi massal kereta api di Jawa Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, dan Papua.

Menteri PPN/Bappenas Sofyan Djalil memandang, proyek kereta cepat ini merupakan proyek yang sangat penting untuk masa depan Indonesia menjadi negara maju. "Jakarta-Bandung itu kalau tidak ada kereta cepat di 20-30 tahun lagi bisa 8-9 jam waktu tempuhnya, oleh karena itu ini penting," kata Sofyan Djalil di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (10/2/2016).

Semakin lamanya waktu tempuh tersebut karena memang kapasitas jalan tol yang ada saat ini tidak akan bisa menampung jumlah kendaraan yang ada. Dengan adanya kereta cepat maka akan ada transportasi pilihan lain.

Sofyan melanjutkan, saat ini Indonesia memiliki ekonomi terbesar di dunia jika dilihat dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Dengan potensi penduduk Indonesia dalam masa produktif, PDB ini akan naik signifikan dalam 30 tahun mendatang. Sehingga diharapkan Indonesia bisa masuk 10 besar ekonomi terbesar di dunia.

Mega proyek kereta cepat ini merupakan bagian dari pandangan luas pemerintah dalam memfasilitasi transportasi masyarakat‎ di 50 tahun yang akan datang.

Namun sayangnya, dia mengaku belum semua masyarakat Indonesia memiliki pandangan secara jangka panjang. Mengenai proyek kereta cepat menurutnya lebih banyak disoroti dari segi polemiknya saja‎. "Komitmen seperti ini (pembangunan jangka panjang) dengan pemikiran orang seperti ini , saya pikir kita akan konsisten menjadi negara maju ke depan," kata Sofyan.

Sebelumnya, Pembangunan kereta api cepat Jakarta-Bandung menuai pro dan kontra. Juru Bicara Kepresidenan Johan Budi mengatakan hal tersebut muncul karena kurangnya penjelasan utuh dari pemerintah terhadap publik.

"Sepekan terakhir muncul pro dan kontra di publik. Presiden melihat pro dan kontra karena belum ada penjelasan utuh dari Menhub, Menteri LHK, dan pihak KCIC sendiri. Hari ini momen tepat menjelaskan segala sesuatu," kata Johan.

Meski demikian, lanjut Johan, Presiden Jokowi terbuka untuk masukan dan kritik publik terkait proyek kereta cepat ini. "Pembangunan kereta cepat ini, Presiden sangat concern terhadap apa yang jadi kiritik atau masukan publik terkait pembangunan," ujar Johan.

Johan juga menambahkan kereta cepat Jakarta-Bandung ini adalah langkah pertama untuk pembangunan transportasi massal kereta api di Indonesia. Proyek kereta cepat ini rencananya selesai pada 2018 dan diharapkan mulai operasi pada 2019. Nantinya, akan dilakukan pembangunan di Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Papua sepanjang 3.258 km. (Yas/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini