Sukses

Yuan Stabil Picu Bursa Saham Global Menguat

Reli bursa saham global terjadi di tengah rilis data ekonomi China dan Jepang kurang menggembirakan.

Liputan6.com, New York - Bursa saham global melonjak pada perdagangan saham di awal pekan ini setelah bank sentral China menguatkan yuan dan harga minyak kembali naik. Hal itu meredakan kekhawatiran terhadap deflasi global.

Reli bursa saham terjadi di tengah rilis data ekonomi China dan Jepang yang kurang begitu bagus. Hal itu terjadi lantaran permintaan aset investasi relatif aman juga memudar. Akan tetapi, pelaku pasar tetap waspada terutama pertumbuhan dan kesehatan di sektor keuangan.

Bursa saham Eropa pun naik tiga persen setelah hampir 10 persen merosot dalam dua pekan ini. Pergerakan bursa saham Eropa ini mengikuti bursa Asia yang menguat di awal pekan.

Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 2,3 persen. Indeks saham Jepang Nikkei melonjak tujuh persen di awal pekan ini meski ekonomi alami kontraksi sekitar 1,4 persen.

Bursa saham Amerika Serikat (AS) libur di awal pekan untuk memperingati President's Day. Akan tetapi, bursa saham berjangka AS cenderung naik. Indeks saham Dow Jones naik 200 poin atau 1,3 persen ke level 16.113, indeks saham S&P 500 menguat 24,20 poin ke level 1.882. Indeks saham Nasdaq bertambah 71,5 poin ke level 4.007,50.

Aset investasi relatif aman pun cenderung melemah. Yen Jepang melemah terhadap dolar AS. Emas pun tergelincir dua persen setelah mencatatkan penguatan terbesar dalam empat tahun.

"Kami memiliki pernyataan sangat kuat dari pihak berwenang China yang berkomitmen untuk menstabilkan mata uangnya dan itu membantu sentimen," ujar Analis RIA Capital Markets Nick Stamenkovic seperti dikutip dari laman Reuters, Selasa (16/2/2016).

Yuan menguat lebih dari satu persen menjadi 6,4934 per dolar AS setelah bank sentral China menetapkan level tengah 0,3 persen lebih kuat. Pimpinan bank sentral China juga menyatakan spekulan seharusnya tidak diperbolehkan untuk mendominasi sentimen pasar.

Yuan menguat tersebut mengurangi risiko kalau deflasi China akan berdampak ke global. Adapun ekspor dan impor China masing-masing turun 11,2 persen dan 18,8 persen pada Januari. Data tersebut pun tidak terlalu menganggu pasar. Apa lagi surplus perdagangan China mencapai US$ 63 miliar sehingga membantu penguatan yuan dan sentimen pasar.(Ahm/Igw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini