Sukses

Saham Bank Jatuh Jelang Akhir Pekan

Transaksi aksi jual investor asing di sektor keuangan mencapai Rp 495,5 miliar menjelang akhir pekan ini.

Liputan6.com, Jakarta - Langkah Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan/BI Rate menjadi tujuh persen belum dapat mengangkat sektor saham keuangan pada perdagangan saham Jumat (19/2/2016).

Sektor saham keuangan mencatatkan penurunan terbesar pada hari ini. Sektor saham keuangan turun 2,9 persen, disusul sektor saham infrastruktur merosot 2,42 persen, dan sektor saham aneka industri susut 1,81 persen. Investor asing pun banyak menjual saham perbankan pada hari ini. Berdasarkan data RTI, investor asing melakukan aksi jual sekitar Rp 495,5 miliar dari total transaksi Rp 1,9 triliun.

Harga saham-saham bank pun berjatuhan menjelang akhir pekan ini. Saham PT Bank Dinar Indonesia Tbk (DNAR) turun 6,67 persen ke level Rp 98 per saham, saham PT Bank Artos Indonesia Tbk (ARTO) susut 5,93 persen ke level Rp 111 per saham.

Selain itu, saham-saham Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ikut terseret ke zona merah. Saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) susut 4,59 persen ke level Rp 5.200 per saham, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) tergelincir 4,17 persen ke level Rp 11.500 per saham, saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) melemah 3,6 persen ke level Rp 9.375 per saham.

Tak hanya itu, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) melemah 2,99 persen ke level Rp 13.000 per saham, saham PT Bank Danamon Tbk (BDMN) merosot 2,74 persen ke level Rp 4.085 per saham, dan saham PT Bank Permata Tbk (BNLI) menurun 2,24 persen ke level Rp 655 per saham.

Kepala Riset PT Bahana Securities Harry Su menuturkan, BI Rate turun menjadi tujuh persen seharusnya berdampak positif untuk mendorong saham-saham bank. "Akan tetapi ada berita net interest margin (NIM) akan dibatasi empat persen sehingga menetralisir dampak positifnya," kata Harry saat dihubungi Liputan6.com.

Sementara itu, Kepala Riset PT Universal Broker Securities Satrio Utomo mengatakan NIM bank yang akan dibatasi empat persen merupakan niat baik. Lantaran masyarakat dapat meminjam dana lebih murah. Hal itu dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi, Satrio mengatakan, sisi lain bila NIM dibatasi maka itu dapat menggerus laba perbankan.

"Kalau melihat data NIM BCA sekitar tujuh persen, BRI itu masih tujuh persen, dan Bank Mandiri sekitar lima persen. NIM diturunkan maka laba bersih turun tetapi sisi lain dapat dana lebih besar," kata Satrio.

Ia mengatakan, Bank Indonesia (BI) juga telah menurunkan giro wajib minimum (GWM) sehingga membuat bank dapat memberikan kredit lebih besar. BI melonggarkan kebijakan GWM primer untuk mata uang rupiah sebesar 1 persen menjadi 6,5 persen.

Akan tetapi, Satrio menilai kebijakan pembatasan NIM belum tahu kapan dilakukan. Karena itu, Satrio menilai pelaku pasar juga menantikan keterangan jelas mengenai rencana tersebut dari Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Ada pun laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona merah setelah beberapa hari menguat. IHSG susut 1,15 persen ke level 4.723,74. Indeks saham LQ45 melemah 1,37 persen ke level 827,26. Investor asing melakukan aksi jual sekitar Rp 746 miliar. (Ahm/Igw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.