Sukses

Perbedaan Proposal Proyek Kereta Cepat China dan Jepang

Ada sejumlah perbedaan dalam proposal proyek kereta cepat yang ditawarkan China dan Jepang.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah memutuskan bermitra dengan China untuk membangun mega proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.

Terpilihnya China sebagai mitra pembangunan proyek kereta cepat bukanlah mudah. China telah mengalahkan Jepang dalam sayembara yang dilakukan oleh pemerintah. Setelah itu, China harus membentuk anak usaha baru dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam menggarap proyek senilai Rp 77 triliun ini.

Dari informasi yang berhasil dihimpun Liputan6.com, seperti ditulis Sabtu (20/2/2016)‎ ada banyak perbedaan dalam proposal yang ditawarkan antara China dengan Jepang. Pertama, untuk proposal China, mereka menawarkan nilai proyek total sebesar US$ 5,5 miliar, sedangkan Jepang menawarkan lebih mahal, yaitu US$ 6,2 miliar.

Kedua, dilihat dari komitmen pemerintah, dalam proposal China menyatakan tidak ada jaminan pemerintah, pembiayaan dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan subsidi tarif dan cost overrun menjadi tanggung jawab joint venture company. Sementara Jepang meminta ada jaminan pemerintah, dan risiko ditanggung pemerintah.

Ketiga, dalam konsep bisnis Jepang menawarkan sistem kontraktor biasa yaitu berupa engineering, procurement and construction (EPC) dengan risiko ditanggung pemerintah. Sedangkan China, konsep bisnis berbentuk joint venture company dengan Indonesia memiliki saham 60 persen dan China 40 persen, dengan risiko proyek ditanggung perusahaan joint venture tersebut.

Keempat, mengenai pengadaan lahan, Jepang meminta kepada pemerintah untuk pengadaan dan pembebasan lahan. Sementara pihak China, tidak ada tanggung jawab apapun oleh pemerintah.
Kelima, China mampu menawarkan penggunaan lokal konten dalam kereta cepat mencapai 58,6 persen. Sedangkan Jepang hanya 40 persen.

Keenam, China menjanjikan mampu menciptakan lapangan kerja baru sebesar 39 ribu saat konstruksi dengan pekerja China hanya dilibatkan sebatas expert. Sementara dari Jepang, penyerapan tenaga kerja hanya 35 ribu yang melibatkan banyak pekerja orang Jepang.

Ketujuh, dari sisi teknologi. Kereta cepat dari China memiliki teknologi Siemens yang dikembangkan di China sejak 2003. Kecepatan maksimal 380 km/jam. Teknologi yang diterapkan cocok dengan kondisi tropis Indonesia. Selain itu China juga menawarkan transfer teknologi secara terbuka.

Jika dibandingkan dengan Jepang, memang teknologi yang digunakan sudah dikembangkan lebih lama, yaitu sejak  1964. Hanya saja, tidak ada transfer teknologi secara terbuka yang ditawarkan.
Sedangkan poin ke delapan‎, dalam hal pengalihan teknologi. China menawarkan pembangunan pabrik rolling stok (gerbong) di Indonesia. Sementara Jepang tidak menawarkan program alih teknologi.

RI Diharapkan Dapat Bangun Kereta Cepat di ASEAN

Sebelumnya Menteri BUMN Rini Soemarno mengungkapkan pemilihan China sebagai mitra pembangunan kereta cepat tidaklah salah.

Dalam pembangunan proyek kereta cepat, China menjanjikan alih teknologi mencapai 100 persen. Dengan terbukanya China terhadap teknologi pembangunan kereta cepat ini, Rini menuturkan mampu meningkatkan kemandirian Indonesia, terutama kemandirian dalam hal transportasi berbasis kereta.

Berawal dari proyek kereta cepat Jakarta-Bandung, Rini berharap dalam jangka panjang Indonesia menjadi negara‎ yang memiliki industri kereta api paling maju di Asean.

"Jadi putra putri bangsa kita giliran yang akan bangun kereta cepat di negara-negara Asean," kata‎ Rini di Bandung, Jumat 19 Februari 2016.

Saat ini memang di antara negara-negara di Asean, Indonesia menjadi negara terdepan dalam hal produksi kereta api. Hanya saja kereta yang diproduksi sekarang masih kereta-kereta konvensional yang pergerakannya menggunakan dorongan lokomotif.

Untuk beralih ke industri kereta modern, Rini mengaku tengah mengkaji pembangunan pabrik gerbong kereta modern. Kereta modern tersebut di antaranya Mass Rapit Transit (MRT), Light Rail Transit (LRT) dan kereta cepat.

"Kita akan bangun mula-mula untuk assembling MRT, ke depan harapannya bisa juga ke high speed train. Tapi kita sudah putuskan buat di Jawa Barat, titiknya di mana kita kemungkinan akan bangun di Purwakarta. FS (feasibilty study) sedang kita selesaikan," kata Rini. (Yas/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini