Sukses

China Kucurkan US$ 30 Miliar di Pasar Properti

New York menjadi salah satu tujuan investasi China untuk pasar properti.

Liputan6.com, Jakarta - Di tengah goncangan ekonomi yang melanda, China mampu meneguhkan industri propertinya di tengah pasar barat.

Melansir laman Forbes, Sabtu (20/2/2016) volume transaksi mampu mencapai level US$ 30 miliar atau sekitar Rp 403,85 triliun (asumsi kurs Rp 13.461 per dolar Amerika Serikat) pada 2015. Besaran ini dua kali lebih besar dibanding 2014.

Laporan menunjukkan nilai transaksi yang besar tersebut disumbang dari sebagian besar dari kesepakatan yang dibuat oleh pembeli asal China.

Dua pemain terbesar adalah developer dan perusahaan asuransi. Data menunjukkan dari 20 pemain yang membuat kesepakatan investasi di 2015, 14 diantaranya merupakan developer sementara 6 di antaranya merupakan perusahaan asuransi.

Walaupun developer lebih aktif dalam pembuatan kesepakatan, perusahaan asuransi asal China justru lebih banyak menyumbang pembangunan properti.

Mega transaksi yang yang disetujui diantaranya adalah akuisisi hotel Waldorf Astoria senilai US$ 1,95 miliar, Heron Tower di London sebesar US$ 1,17 miliar dan US$ 414 juta untuk Merril Lynch Financial Center di Manhattan.

Secara keseluruhan perusahaan asuransi China menggelontorkan US$ 4 miliar untuk investasi properti di pasar dunia. Jumlah ini dua kali dari tahun 2014 yang hanya mencapai US$ 2 miliar.

Dukungan politik dari Beijing telah terpisahkan untuk mengabadikan tren ini. Pada 2012, China mengizinkan asuransi domestik untuk berinvestasi di real estate di luar negeri untuk pertama kalinya.

Dalam tahun-tahun berikutnya, Komisi Regulator Asuransi China melonggarkan pembatasan lebih lanjut sehingga perusahaan asuransi dalam negeri dapat menyebarkan lebih banyak modal di luar negeri.

Laporan tersebut memperkirakan investasi properti Cina di luar negeri akan terus kuat pada 2016. Tren ini didorong oleh faktor domestik termasuk pelemahan ekonomi di China yang mendorong perusahaan untuk mendiversifikasi dan berinvestasi pada sektor lain.

Selain itu, berbagai inisiatif kebijakan Beijing seperti One Belt One Road project dan Asian Infrastructure Investment Bank mendorong investasi ke luar.

Ada pun New York menjadi salah satu tujuan pertama investasi China untuk properti. Kemudian disusul London, Sydney, dan Melbourne. (Vna/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini