Sukses

Ekonomi 5 Negara Ini Terpuruk Gara-gara Harga Minyak

Rendahnya harga minyak mentah berakibat negatif pada perekonomian beberapa negara.

Liputan6.com, Jakarta - Penurunan harga minyak dunia membawa dampak yang signifikan terhadap perekonomian banyak negara, termasuk Indonesia. Hal ini juga dirasakan oleh negara-negara yang selama ini berperan sebagai produsen utama minyak mentah dunia.

Jumlah pendapatan mereka menurun drastis. Selain itu, anggaran yang biasanya berlebih atau surplus kini berubah menjadi defisit. Para investor kini juga mulai khawatir kalau mereka akan sulit membayar utang.

Berdasarkan data dari Standard and Poor, lima negara penghasil minyak utama dunia ini adalah yang paling terkena dampaknya.

StandardandPoor memaparkan bagaimana rendahnya harga minyak mentah dunia berakibat negatif pada perekonomian Arab Saudi,Oman,Bahrain, Brasil danKazakhstan. Turunnya harga minyak mentah dari yang awalnya lebih dari US$ 100 menjadi US$ 30 menjadi alasannya.



Sementara itu, negara penghasil minyak dunia lainnya, Kolombia, juga diperkirakan akan mengalami penurunan pendapatan yang signifikan juga seperti lima negara ini. Peringkat utang Arab Saudi turun dua tingkat. Hal ini disebabkan karena minyak menyumbang sebanyak 75 persen dari total pendapatannya.

"Dalam pandangan kami, penurunan harga minyak akan berdampak besar dan abadi pada Arab Saudi. Hal ini terlihat dari indikator fiskal dan ekonomi Arab Saudi yang memiliki ketergantungan yang tinggi pada minyak," ujar Standard and Poor dalam sebuah pernyataannya.

Pendapatan Arab Saudi sudah mengalami defisit sekitar US$ 100 miliar pada 2015 yang lalu. Akibatnya, pemerintah Arab Saudi melakukan pemotongan anggaran sebanyak 14 persen untuk tahun ini.

Mereka menargetkan jumlah defisit bisa berkurang sebanyak 13 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) melalui kebijakan pemotongan anggaran ini.

Standard and Poor menyatakan, penetapan jumlah anggaran pemerintah Arab Saudi diperhitungkan berdasarkan harga minyak sebesar US$ 45 per barrel. Saat ini, harga minyak dunia sedang berada di angka US$ 31 per barrel.

Kazakhstan juga mengalami kondisi yang kurang lebih sama. Setengah dari pendapatannya selama ini berasal dari ekspor minyak. Selain itu nilai mata uangnya juga mengalami penurunan sebesar setengah dari nilai tukarnya terhadap dolar AS dalam 12 bulan terakhir.

Keterpurukan ekonomi juga sedang dirasakan Bahrain, yang 75 persen pendapatannya berasal dari ekspor minyak. Minyak juga merupakan komoditi yang menguasai 60 persen ekspor Bahrain setiap tahunnya. Hal ini menyebabkan jumlah utang Bahrain meningkat.

Standard and Poor memperkirakan pendapatan Bahrain akan mengalami defisit hingga 77 persen pada 2017 mendatang. Saat ini, Bahrain mengandalkan bantuan dari Arab Saudi yang juga sedang mengalami kesulitan ekonomi.

Negara asal Amerika Latin yang satu ini juga terkena dampak dari turunnya harga minyak mentah dunia. International Monetary Fund (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Brasil, yang terbesar di Amerika Latin, akan mengalami penurunan sebanyak 3,5 persen dari perkiraan awal yang hanya sebesar 1 persen.

Kendati demikian, harga minyak mentah dunia mengalami kenaikan walaupun tidak dalam jumlah besar pada pekan ini. Hal ini disebabkan oleh adanya kesepakatan antara Rusia dan Arab Saudi untuk membekukan produksi minyak pada bulan Januari.

Kesepakatan yang didukung Iran ini ternyata tidak berdampak terlalu besar pada kenaikan harga minyak mentah dunia. Pada Jumat minggu yang lalu, minyak mentah diperdagangkan sebesar US$ 30 per barrel. (Vera Ismainy/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.