Sukses

BI Waspadai Penguatan Rupiah

Nilai tukar rupiah saat ini di kisaran Rp 13.300-13.400 per dolar AS, masih sangat kompetitif bagi ekspor Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Penguatan nilai tukar rupiah yang terjadi sejak awal 2016 disokong oleh aliran dana asing (capital inflow) yang masuk ke Indonesia. Bank Indonesia (BI) tentu saja mewaspadai aliran dana masuk tersebut karena ada kemungkinan jika dana-dana tersebut tiba-tiba keluar bakal menyeret rupiah kembali ke dalam tren pelemahan.

Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung mengatakan, Indonesia dihadapkan pada dua situasi ekonomi global yang bertolak belakang. Amerika Serikat (AS) mengetatkan kebijakan moneter, tetapi negara lain justru melonggarkan kebijakan moneter.

"Dengan pengetatan moneter ini, uang akan lari ke AS. Tapi statement dari AS sendiri kelihatannya mulai ragu terhadap kondisi ekonominya, inflasi juga masih rendah. Jadi ini yang membuat kebijakan melebar dan menyempit tahun ini," ia menerangkan diJakarta, Kamis (25/2/2016).

Imbasnya, menurut Juda, aliran dana asing kembali menyerbu negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Tak heran bila capital inflow masuk pada Januari-Februari ini, sehingga mendorong penguatan rupiah.

"Saya rasa peluang penguatan rupiah masih akan ada, karena kita masih cukup otimistis inflow akan masuk," katanya.

Meskipun demikian, Juda mengingatkan agar Indonesia tetap waspada terhadap kemungkinan dana asing itu 'pulang kampung' ke AS apabila Negeri Paman Sam itu kembali mengambil langkah pengetatan moneter.

"Kita harus hati-hati, karena inflow bagai pedang bermata dua. Pada saat sekarang masuk, tapi di akhir tahun atau tahun depan AS melakukan tightening lagi, bisa jadi dana balik lagi. Hati-hati dengan inflow yang masuk sekarang, karena sifatnya jangka pendek," terang Juda.

Terkait penguatan rupiah, Juda memastikan level nilai tukar rupiah saat ini di kisaran Rp 13.300-13.400 per dolar AS masih sangat kompetitif bagi ekspor Indonesia.

"Real Effective Exchange Rate atau REER Rupiah sekitar 94, itu artinya masih di bawah 100. Jadi masih kompetitif buat ekspor," ujar dia. (Fik/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini