Sukses

Awal Pekan, Rupiah Sempat Sentuh 12.984 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat jika dibandingkan dengan penutupan pekan lalu.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat jika dibandingkan dengan penutupan pekan lalu. Pelaku pasar menanti kebijakan yang akan dikeluarkan oleh Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed).

Mengutip Bloomberg, Senin (7/3/2016), rupiah dibuka di angka 13.032 per dolar AS. Rupiah menguat jika dibandingkan dengan penutupan pekan lalu yang ada di angka 13.131 per dolar AS.

Rupiah sempat menyentuh level 12.984 per dolar AS pada awal perdagangan, tapi kemudian kembali bergerak di kisaran 13.050 per dolar AS. Jika dihitung sejak awal tahun, rupiah telah menguat 5,3 persen.

Berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.029 per dolar AS pada hari ini. Adapun pada 4 Maret 2016 lalu, rupiah berada di level 13.159 per dolar AS.

Penguatan rupiah seiring dengan penguatan ringgit Malaysia. Ringgit menguat 1,1 persen ke level RM 4,0765 per dolar AS. Level ini merupakan level terkuat sejak Agustus 2015. Penguatan ringgit lebih banyak didorong oleh kenaikan harga minyak dunia yang membantu penguatan harga komoditas.

Rupiah terus mengalami penguatan secara berturut-turut dalam 13 hari terakhir. Level rupiah saat ini merupakan posisi terkuat sejak 2010.

The Bloomberg Dollar Spot Index, yang merupakan indeks dolar As terhadap 10 mata yang utama dunia memang terjatuh pada Jumat pekan lalu karena adanya sentimen rencana kenaikan suku bunga acuan The Fed.

Kepala Analis Perpetual Ltd, Sydney, Australia, Matthew Sherwood, menjelaskan bahwa data ekonomi berupa nonfarm payrolls dan pertumbuhan gaji memang sesuai dengan perkiraan sehingga mendorong sentimen bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga.

"Namun dengan data positif tersebut belum tentu mendorong angka inflasi sehingga diperkirakan The Fed belum akan menaikkan suku bunga pada rapat yang diadakan dua pekan lagi," tutur dia.

Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta menjelaskan, saat ini pelaku pasar sedang menunggu keluarnya data cadangan devisa Tiongkok.

Ekonom dan analis memperkirakan bahwa cadangan devisa Tiongkok masih turun. "Hal itu bisa memberikan sentimen negatif di pasar Asia, walaupun di akhir pekan pemerintah Tiongkok rilis target pertumbuhan yang optimistis," kata dia. (Gdn/Ndw)



*Saksikan Live Gerhana Matahari Total, Rabu 9 Maret 2016 di Liputan6.com, SCTV dan Indosiar Mulai Pukul 06.00 - 09.00 WIB. Klik di sini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.