Sukses

Keputusan Bank Sentral Eropa Picu Rupiah ke 13.037 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah akan bergerak di kisaran 13.000-13.150 per dolar Amerika Serikat pada Jumat pekan ini.

Liputan6.com, Jakarta - Keputusan bank sentral Eropa kembali menurunkan suku bunga sekitar 10 basis poin (bps) memberikan sentimen positif untuk pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Mengutip data Bloomberg, Jumat (11/3/2016), nilai tukar rupiah dibuka 58 poin ke level 13.110 per dolar Amerika Serikat (AS) dari posisi di level 13.052 per dolar AS pada penutupan perdaganga Kamis kemarin.

Akan tetapi, menjelang Jumat siang, nilai tukar rupiah makin menguat hingga sempat tembus 13.034 per dolar AS.

Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah berada di posisi 13.087 per dolar AS pada Jumat pekan ini dari posisi kemarin di kisaran 13.149 per dolar AS.

Ekonom Bank Permata, Joshua Pardede menuturkan pergerakan rupiah merespons keputusan bank sentral Eropa yang menurunkan suku bunga acuan sekitar 10 basis poin menjadi 0,4 persen. Ini memberikan sentimen positif karena dolar Amerika Serikat (AS) melemah terhadap euro.

Pernyataan presiden bank sentral Eropa Mario Draghi soal kebijakan penurunan suku bunga tidak akan terjadi lagi. Joshua menuturkan, hal itu mendukung penguatan euro terhadap dolar AS.

Dari dalam negeri, Joshua menuturkan investor juga berminat terhadap obligasi bertenor jangka pendek lima tahun. Bank sentral Eropa menggelontorkan stimulus cukup signifikan dari 60 miliar euro menjadi 80 miliar euro juga mendorong likuiditas di pasar.

"Dengan likuiditas tersebut berpotensi juga masuk ke emerging market termasuk Indonesia," kata Joshua saat dihubungi Liputan6.com, Jumat pekan ini.

Joshua memperkirakan, nilai tukar rupiah akan bergerak di kisaran 13.000-13.150 per dolar AS pada Jumat pekan ini.

Joshua menambahkan, ada sejumlah sentimen yang perlu dicermati pada pekan depan antara lain pertemuan bank sentral AS dan Bank Indonesia (BI). Pelaku pasar dinilai menunggu keputusan BI soal BI Rate.

"Kalau BI Rate akan dipangkas maka disambut positif oleh investor obligasi karena harga obligasi akan naik. Harga minyak kembali naik di level US$ 38. Rupiah masih ada potensi menguat di bawah 13.000 per dolar AS," kata dia. (Ahm/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini