Sukses

Konsumen Mulai Tinggalkan Premium

Konsumsi Premium diperkirakan mencapai 164,6 juta barel pada 2016.

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) menyatakan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium akan menurun pada 2016. Hal tersebut disebabkan migrasinya konsumen ke jenis BBM lebih baik.

VP Marketing Development Integrated Supply Chain ISC PT Pertamina Hasto Wibowo mengatakan konsumsi Premium 2016 diperkirakan mencapai 164,6 juta barel atau 15 juta barel per bulan. Konsumsi tersebut menurun dari posisi 175 juta barel pada 2015.

"Demand premium ‎mengalami penurunan tahun ini," kata Hasto, di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Jumat (11/3/2016).

Hasto mengatakan, penurunan konsumsi BBM dengan kadar  Reserch Octane Number (RON) 88 tersebut disebabkan perpindahan konsumen ke jenis BBM yang lebih baik kualitasnya, yaitu Pertalite dengan kadar RON 90, Pertamax 92 dengan kadar RON 92 dan Pertamax Plus 95 dengan kadar RON 95.

"Ada penurunan karena penyebabnya ada kenaikan konsumsi dari Pertalite, Pertamax," tutur Hasto.

Hasto menuturkan, Pertamina mendatangkan dari impor sebanyak ‎96 juta barel untuk memenuhi kebutuhan Premium pada 2016. Lalu 84 juta barel dari pengolahan minyak mentah (kilang) dalam negeri.

"Dari situ berapa yang dihasilkan (kilang) 7 juta barel (Per bulan). Balancenya berati 8 juta barl (per bulan) itu impor," ujar Hasto.

Hasto melanjutkan,‎ untuk konsumsi Pertamax pada 2016 mencapai 1,8 juta barel. Pertamax tersebut berasal ‎dari kilang dalam negeri 700 ribu barel dan 1 juta barel dari impor.
‎

"Yang menggambarkan tipical demandnya kurang lebih 1,7-1,8 juta barel per bulan 2016," tutur Hasto.

Sedangkan konsumsi solar 13 juta barel per bulan atau 156 juta pada 2016. Saat ini Pertamina sudah tidak lagi mengimpor solar karena sudah melakukan pengembangan dan penambahan kapasitas kilang.

"Solar umum kebutuhan kurang lebih 13 juta per bulan. Impor tidak ada untuk pasar umum tidak ada. Belum ekspor," kata Hasto. (Pew/Ahm)



* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.