Sukses

Prospek Suku Bunga The Fed Angkat Bursa Asia

Hasil data ekonomi Amerika Serikat bervariasi membuat harapan pelaku pasar kalau bank sentral AS akan tunda kenaikan suku bunga.

Liputan6.com, Tokyo - Bursa saham Asia menguat pada perdagangan saham awal pekan ini. Penguatan bursa saham Asia ditopang harapan pelaku pasar kalau bank sentral Amerika Serikat (AS)/the Federal Reserve akan cenderung hati-hati untuk menaikkan suku bunganya.

Indeks saham MSCI Asia Pasifik naik 0,6 persen pada pukul 10.04 waktu Tokyo. Indeks saham acuan ini meluncur sekitar 2,3 persen pada Jumat pekan ini.

Indeks saham Jepang Topix naik 0,4 persen. Indeks saham Australia menguat 0,5 persen, diikuti indeks saham Selandia Baru naik 0,2 persen. Sedangkan indeks saham Korea Selatan Kospi bergerak variasi.

Indeks saham acuan Asia ini naik dari level terendah sejak pertengahan Februari. Rilis data ekonomi AS yang bervariasi membuat harapan terhadap prospek kenaikan suku bunga bank sentral AS.

Data tenaga kerja AS naik 215 ribu pada Maret 2015, lebih tinggi dari perkiraan ekonom. Sementara itu, tingkat pengangguran naik menjadi lima persen dari 4,9 persen.

 

Kemungkinan bank sentral AS akan menaikkan pada November 2016. Data manufaktur naik untuk pertama kali dalam tujuh bulan tetapi jumlah pengangguran meningkat. Karena itu membuat aset berisiko menjadi naik di tengah dolar AS tertekan dalam beberapa pekan terakhir. Pernyataan pimpinan bank sentral AS Janet Yellen pun cenderung menyatakan sikap hati-hati.

"Yellen ini sangat dovish. Yellen mungkin akan melihat pemulihan dalam jangka waktu panjang. Ini bagus untuk saham," ujar Kepala Riset Bank Julius Baer and Co Mark Matthews seperti dikutip dari laman Bloomberg, Senin (4/4/2016).

Ekonom Senior ANZ Philip Borkin juga menyatakan kalau laporan pasar tenagah kerja AS adalah sesuatu cukup positif untuk pasar. Hal itu juga didukung data manufaktur AS. Ini menunjukkan ekonomi masih baik secara keseluruhan.

Di pasar komoditas, harga minyak mentah AS turun 1,1 persen menjadi US$ 36,37 per barel. Harga minyak Brent melemah 1 persen menjadi US$ 38,30.

Di pasar uang, mata uang Korea Selatan won memimpin penguatan di Asia. Dolar Singapura naik 0,2 persen. Yen naik 0,2 persen menjadi US$ 111,49. (Ahm/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini