Sukses

Tak Ingin Bergantung pada Minyak, Arab Siapkan Rp 26 Ribu Triliun

Arab Saudi adalah salah satu produsen minyak terbesar di dunia

Liputan6.com, Jakarta - Arab Saudi adalah salah satu produsen minyak terbesar di dunia. Namun kini komoditas tersebut tengah terpukul karena harga yang terus merosot tajam.

Arab sendiri tak ingin terus menggantungkan ekonominya pada komoditas ini. Jika minyak tak begitu menggembirakan, ekonomi negara itu juga bakal terdampak.

Pangeran Arab Saudi Mohammed Bin Salman dikabarkan berencana untuk menggelontorkan dana investasi yang sangat besar senilai US$ 2 triliun untuk membantu negara terbebas dari ketergantungan akan minyak. Itu setara dengan Rp 26 ribu triliun (Kurs Rp 13.000 per dolar AS).

"Dalam 20 tahun, kita akan menjadi negara yang tidak bergantung pada minyak," ujarnya dalam wawancara dengan Bloomberg dilansir dari CNN Money, Senin (4/4/2016).

Sekitar 75 persen dari pendapatan negara Arab berasal dari industri minyak. Sehingga penting bagi negara tersebut untuk terlepas dari ketergantungan akan komoditas tersebut, dan membuat diversifikasi ke industri lain.

Semua ini disebabkan karena harga minyak yang terus berada dalam posisi rendah beberapa waktu belakangan ini.

Pangeran Mohammed mengatakan bahwa Arab bakal menjual sebagian porsi kepemilikan dari perusahaan minyak raksasa Saudi Aramco. Perusahaan tersebut bakal dijual ke publik rencananya pada tahun depan.

Aramco adalah produsen minyak terbesar di dunia. Mereka mengklaim bisa memproduksi 12 persen cadangan minyak dunia, dan diperkirakan nilainya mencapai triliunan dolar. Dia mengharapkan bisa membentuk raksasa minyak tersebut menjadi konglomerasi industri.

Pangeran Mohammed juga mengatakan bahwa negara dalam waktu dekat akan menyatakan National Transformation Plan atau rencana transformasi nasional untuk meningkatkan pendapatan non minyak. Rencana ini yang diharapkan termasuk pajak penjualan yang baru, harus diluncurkan di bulan ini.

Namun, rencana dari Pangeran Mohammed diragukan dan dinilai tak akan berhasil.

"Dengan IPO Aramco, pemerintah akan mengalihkan sisa saham perusahaan ke Public Investment Fund, yang akan meningkatkan ukurannya," kata Senior Emerging Markets Economist di Capital Economics.

"Dengan kata lain, itu mencerminkan pergeseran pada neraca, daripada aset baru." lanjutnya.(Shabrina Aulial/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini