Sukses

Ekspor RI di Kuartal I Masih Dihadapkan Banyak Tantangan

Upaya mencapai target peningkatan ekspor, pemerintah terus mendorong perubahan struktur ekspor dari sebelumnya ‎produk mentah ke jadi.

Liputan6.com, Jakarta - Kinerja ekspor Indonesia pada kuartal I 2016 diperkirakan masih akan dihadapkan sejumlah tantangan. Selain karena belum pulihnya kondisi ekonomi global, hingga saat ini harga komoditas mentah di pasar internasional juga masih dalam tren menurun.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Nus Nuzulia Ishak menyebutkan, nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 21,78 miliar kurun Januari-Februari. Nilai ini turun 14,32 persen jika dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.

"Ini karena kita mayoritas masih product primer. Itu seperti rubber (karet) mengalami penurunan tajam harganya. Kemudian batu bara, komoditi perkebunan turun karena harga minyak dunia juga turun. Kalau secara volume tidak tajam, tetapi karena nilai dari komoditi mengalami penurunan sehingga berdampak pada nilai ekspor kita," ujar dia di Jakarta, Selasa (12/4/2016).


Namun demikian, secara keseluruhan Nus berharap ekspor Indonesia pada tahun ini bisa meningkat jika dibandingkan tahun lalu. Setidaknya, ekspor non-migas Indonesia mampu naik 2 persen-3 persen jika dibandingkan 2015.

"Tahun lalu (ekspor) US$ 142 miliar. Ya mudah-mudahan (meningkat 2 persen-3 persen).‎ Jadi memang situasi global belum stabil, belum baik sehingga arahan ekspor 2016 terjadi kontraksi 0 persen-5 persen," dia menjelaskan.

Upaya mencapai target peningkatan ekspor, lanjut Nus, pemerintah terus mendorong perubahan struktur ekspor dari sebelumnya ‎produk mentah menjadi produk-produk olahan. Dengan demikian, meski harga komoditas masih rendah, namun nilai ekspor Indonesia bisa meningkat dengan adanya proses pengolahan di dalam negeri.

‎"Kita harus merubah strukturnya, harus lebih banyak (ekspor) produk industri, produk manufaktur yang diekspor," lanjut dia.

Saat ini, Indonesia masih mengandalkan 10 komoditas untuk mendorong peningkatan ekspor non-migas. Pemerintah, akan fokus untuk mengembangkan 10 komoditas tersebut agar bisa diolah di dalam negeri sebelum diekspor.

"Ekspor yang dominan masih 10 komoditi kita, yaitu CPO (minyak sawit), tekstil dan produk tekstil, karet dan produk karet, forest product seperti funiture, chemical, process food, perhiasan dan sebagainya. Ini porsinya sekitar 60 persen," tandas dia. (Dny/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini