Sukses

OPEC Gagal Sepakati Pembekuan Picu Harga Minyak Naik

Kegagalan perjanjian pembatasan produksi di Doha, Qatar, memiliki dampak negatif pada sentimen pasar.

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak mentah dunia melonjak pada Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta) dipicu kegagalan kelompok negara penghasil minyak (OPEC) untuk menyepakati pembekuan produksi, dan fokus pada pengurangan pasokan yang bisa membatasi kekenyangan stok minyak mentah dunia.

Melansir laman Wall Street Journal, kontrak minyak mentah AS naik 3,3 persen menjadi US$ 41,08 per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara kontrak minyak Brent, patokan global, naik 2,6 persen menjadi US$ 44,03 per barel di bursa ICE Futures Europe.

Kegagalan perjanjian pembatasan produksi di Doha, Qatar, memiliki dampak negatif pada sentimen pasar, yang mendasari kondisi pasokan dan permintaan meningkat sedikit. Sebab, pembekuan produksi diharapkan bisa mengurangi output hingga sekitar 2 juta barel per hari, tingkat di mana kelebihan pasokan global akan terjadi.

Di sisi lain, pemogokan minyak pekerja di Kuwait di hari ketiga juga telah mendorong penurunan ke pasar hingga 1,3 juta barel per hari. Demikian pula masalah pipa di Nigeria membuat stok berkurang 440 ribu, meskipun beberapa pipa sudah kembali normal pada Selasa.

Sementara sekitar 150 ribu barel per hari minyak mentah dari Irak tak masuk ke pasar karena adanya perselisihan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah Kurdi soal masalah pipa. Dan pemeliharaan produksi di Laut Utara diharapkan mengurang pasokan hingga 160 ribu barel.

Perusahaan konsultan Energy Aspect yang berbasis di London mengatakan dalam sebuah catatan, bahwa saldo minyak membaik dengan atau tanpa pembekuan produksi dari produsen utama. Meski untuk menemukan keseimbangan pasar akan memakan waktu.

"Kami tidak berpikir kelebihan pasokan besar akan membuat defisit besar pada minyak dalam semalam. Ini hanya mungkin terjadi di akhir tahun atau awal 2017, " menurut perusahaan tersebut.

Runtuhnya pembicaraan Doha sudah mulai memudar karena kekhawatiran atas meningkatnya pemadaman di seluruh dunia mulai mendominasi sentimen.

Melemahnya produksi di Amerika Latin dan AS juga mempercepat penurunan. Data Departemen Energi AS pekan lalu menunjukkan produksi AS turun di bawah 9 juta barel per hari untuk pertama kalinya sejak 2014.(Nrm/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini