Sukses

Penurunan Harga Batu Bara Ancam Sektor Kelistrikan

Berdasarkan data Badan Geologi Kementerian ESDM, cadangan batu bara Indonesia sekitar 32,3 miliar ton.

Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) menyatakan anjloknya harga batu bara akan membuat produsen batu bara mengurangi produksi sehingga cadangan pun ikut berkurang. Pengurangan ini akan sangat berpengaruh ke sektor kelistrikan yang menjadi konsumen batu bara. 

Direktur Eksekutif APBI Supriyatna Suhala mengatakan, penurunan harga batu bara membuat kinerja sektor hulu batu bara tidak optimal. Pasalnya, biaya eksplorasi batu bara sudah tidak sesuai harga keekonomian. Saat ini harga batu bara berada di kisaran US$ 50 per ton.

"Jangan sampai banyak persepsi mengatakan kalau harga batu bara murah itu bagus untuk listrik. Kalau murah terus sektor hulunya tidak survive kita terpaksa menambang yang cetek saja," kata‎Supriyatna, diJakarta, Kamis (19/6/2016).

Berdasarkan data Badan Geologi Kementerian ESDM pada 2014 lalu, cadangan batu bara Indonesia sekitar 32,3 miliar ton, namun data tersebut tidak ada peningkatan, sehingga kandungan batu bara Indonesia hanya cukup untuk belasan tahun ke depan.

"Kalau tidak ada perbaikan maka cadangan ini hanya cukup beberapa belas tahun ke depan. Ini isu yang perlu dicermati," tutur Supriyatna.

Jika cadangan batu bara tidak bertambah maka stok batu bara menipis hal tersebut akan mengancam keberlangsungan ‎sektor kelistrikan. Pasalnya, sektor tersebut merupakan konsumen batu bara terbesar di dalam negeri.

Untuk mengantisipasi kondisi tersebut, perlu solusi. Supriyatna mengungkapkan, APBI menginginkan pemerintah mengeluarkan kebijakan harga batu bara berupa formula harga batu bara plus keuntungan (cost plus margin).‎ Dengan begitu, keuntungan usaha batubara lebih pasti saat kondisi harga rendah dan dapat meningkatkan gairah pencarian cadangan batu bara.

"Kelangsungan ketenagalistrikan kita terancam, perlu solusi, cost plus margin, selalu dijamin penambang itu dapat keuntungan yang wajar, jangan merugi menutup operasinya," tutup Supriyatna.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini