Sukses

Rupiah Sentuh 13.550 per Dolar AS, Menkeu Sebut Hanya Sementara

Rencana kenaikan tingkat bunga The Fed selalu menjadi bahan spekulasi di pasar sehingga menekan nilai tukar rupiah.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah kembali terombang ambing akibat sinyal kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) pada Juni ini. Pada perdagangan Kamis (19/5/2016), nilai tukar rupiah terdepresiasi hingga ke level 13.550 per dolar AS.

Menteri Keuangan (Menkeu), Bambang Brodjonegoro usai Sidang Tahunan Islamic Development Bank (IDB) ke-41 meyakini pelemahan mata uang Garuda hanya bersifat sementara atau temporer akibat sentimen negatif yang datang dari luar, yakni penyesuaian Fed Fund Rate.

"Iya temporer pengaruhnya," tegas Bambang di Jakarta Convention Center, Kamis siang.

Kata Bambang, rencana kenaikan tingkat bunga The Fed selalu menjadi bahan spekulasi di pasar. "Kami melihatnya sebagai suatu fenomena yang selalu terjadi setiap kali ada statement mengenai kenaikan tingkat bunga," jelasnya.

Dia optimistis, perekonomian Indonesia tidak akan goyah diterpa sentimen negatif tersebut, maupun ketika The Fed sungguh-sungguh merealisasikan kebijakan penyesuaian suku bunga acuannya.

"Saya pikir kita sudah pernah mengalami di Desember lalu, the Fed menaikkan tingkat bunga 25 basis poin. Dan ekonomi kita bisa tetap stabil," ucap Bambang.

Mengutip Bloomberg, Kamis (19/5/2016), rupiah dibuka di angka 13.442 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan posisi penutupan kemarin yang ada di angka 13.380 per dolar AS. Rupiah terus melemah sepanjang hari dan sempat menyentuh angka 13.550 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah berada di kisaran 13.439 per dolar AS hingga 13.550 per dolar AS. Jika dihitung sejak awal tahun, rupiah masih menguat 1,89 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah berada di angka 13.467 per dolar AS. Patokan tersebut turun jika dibandingkan dengan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.319 per dolar AS.

Pelemahan rupiah ini lebih disebabkan oleh faktor dari luar. Beberapa indikator ekonomi AS menunjukkan perbaikan dalam beberapa pekan terakhir. Hal tersebut mendorong ekspektasi bahwa Bank Sentral AS akan menaikkan suku bunga acuan dalam waktu dekat ini.

Risalah dari pertemuan the Fed pada April kemarin yang baru dikeluarkan pada Rabu, menunjukkan pernyataan pejabat Bank Sentral bahwa kenaikan suku bunga pada Juni mungkin terjadi jika data ekonomi tercatat menguat.

"Kami melihat adanya penarikan investor dari beberapa aset-aset di Indonesia sehingga mendorong pelemahan rupiah," jelas kepala Riset valuta Asing Malayan Banking Bhd, Singapora, Saktiandi Supaat.

Dia melanjutkan, para investor melihat rencana kenaikan suku bunga the Fed tersebut bakal direalsiasikan dalam waktu dekat ini sehingga mereka mengurangi portofolio mereka di negara-negara yang memiliki risiko tinggi seperti Indonesia salah satunya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.