Sukses

Stok Melimpah, Harga Minyak Anjlok

Harga minyak merosot dalam dua hari berturut-turut dibayangi melimpahnya stok.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak merosot dalam dua hari berturut-turut karena sejumlah pedagang melakukan aksi ambil untung dari kenaikan harga minyak yang tengah berada di posisi tertinggi dalam tujuh bulan. Sementara sebagian pedagang  lain khawatir produksi minyak berlebih bisa menekan harga.

Dilansir dari Reuters, Sabtu (28/5/2016), harga minyak jenis Brent terkikis US$ 22 sen menjadi US$ 49,37 per barel,  dari sesi sebelumnya yang sempat menyentuh puncak tertinggi sejak awal November di level US$ 50,51 per barel.

Harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI)  turun US$ 0,3 persen atau 15 sen menjadi US$ 49,33 per barel, setelah menyentuh US$ 50,21 per barel pada hari Kamis, tertinggi sejak awal Oktober.

Penguatan dolar Amerika Serikat (AS) juga membebani permintaan minyak. Sebab penguatan dolar membuat minyak menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain.

Dolar AS melonjak setelah Gubernur Bank Sentral AS (The Fed) Janet Yellen menyatakan kenaikan suku bunga AS kemungkinan akan dilakukan dalam beberapa bulan mendatang.

Perusahaan jasa minyak Baker Hughes melaporkan jumlah rig yang beroperasi di AS turun menjadi 316 rig pada minggu sebelumnya. Pada tahun lalu, pengebor memiliki 646 rig minyak.

Sepanjang pekan ini, Brent naik 1 persen dan minyak mentah AS sekitar 3 persen, dibantu oleh keuntungan dari awal pekan ini.

Dengan harga akhirnya memukul $ 50, baik Brent dan minyak mentah AS kemungkinan menghadapi hambatan teknis dalam tiga sampai lima minggu ke depan, kata para analis. Produsen dan spekulan juga telah memuat kontrak opsi minyak mentah AS untuk melindungi diri dari risiko downside.

Minyak mendorong masa lalu $ 50 setelah gangguan pasokan dari kebakaran hutan Kanada dan serangan militan di Nigeria membantu memangkas produksi harian global dengan 4 juta barel.

"Sebagian besar dari pemadaman ini tidak mungkin untuk bertahan," kata analis UBS Giovanni Staunovo, mengantisipasi kembalinya pasokan dari sumber-sumber serta produksi yang lebih tinggi dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak.

Dominick Chirichella, partner senior di Institut Manajemen Energi New York, mengatakan produksi minyak mentah AS bisa naik sekitar 300.000 hingga 400.000 barel per hari sebagai produsen shale menempatkan dibor tapi sumur, atau DUCs, ke dalam produksi.

Pada minggu mendatang, investor akan mengamati hasil pertemuan OPEC tanda-tanda lebih banyak output dari Arab Saudi dan Iran dalam pertempuran mereka untuk pangsa pasar.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini