Sukses

Kekhawatiran Soal Stok Susutkan Harga Minyak

Pemerintah AS menunjukkan stok minyak mentah menyusut kurang dari setengah dari ekspektasi analis yakni 933 ribu barel pada pekan lalu.

Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah jatuh menyentuh posisi rendah dalam tiga minggu karena para pedagang mengkhawatirkan tanda-tanda pengurangan kelebihan pasokan hanya berlaku sementara.

Melansir laman Wall Street Journal, Kamis (16/6/2016), harga minyak mentah AS untuk pengiriman Juli turun 48 sen atau 1 persen menjadi US$ 48,01 per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara Brent, patokan minyak global turun 86 sen atau 1,7 persen ke posisi US$ 48,97 per barel di ICE Futures Europe.

Harga minyak turun usai data pemerintah AS menunjukkan stok minyak mentah menyusut kurang dari setengah dari ekspektasi analis, turun 933 ribu barel pada minggu lalu.


Itu adalah penarikan yang lebih besar dari perkiraan industri, yang mendorong harga melonjak sesaat. Namun tanda-tanda lain tentang kelebihan stok terus menarik pasar kembali ke dalam kerugian.

Pada akhirnya, penurunan itu tidak cukup mungkin untuk mengurangi membanjirnya minyak mentah yang telah membebani pasar selama dua tahun, menurut para broker dan analis.

Adapun Stok bertambah 525 ribu barel pada hub pengiriman minyak mentah utama di Cushing, Oklahoma. Itu mungkin menjadi tanda bahwa produksi Kanada akan kembali masuk usai terjadi insiden kebakaran hutan yang sempat membatasi output.

Kemungkinan minyak mentah Kanada akan lebih membanjiri pasar AS kembali selama beberapa minggu mendatang, kata para analis.

"Ini hanya akan melanjutkan lebih dari sebelumnya. Saat ini kita memiliki siklus beruang, namun data hari ini tidak cukup untuk mengubah pemikiran itu," kata Donald Morton, Wakil Presiden Senior Herbert J. Sims & Co.

Pasar telah menurun tajam sejak Jumat ketika perusahaan jasa ladang minyak Baker Hughes Inc mengatakan jumlah rig pengeboran minyak di AS naik untuk minggu kedua berturut-turut. Pada hari sebelumnya, penyedia data Genscape dan kelompok industri American Petroleum Institute juga mengatakan soal pertumbuhan stok.

Sementara Analis Goldman Sachs Group Inc menyebut pemulihan harga baru-baru ini "rapuh." Harga telah naik sebanyak 95 persen dalam empat bulan pada pekan lalu, didorong sebagian besar oleh kebakaran di Kanada dan perselisihan di Afrika yang telah menutup produksi minyak.

Tapi itu mungkin tidak cukup untuk akhirnya menguras stok yang tumbuh ke level tertinggi bersejarah dalam beberapa tahun terakhir. (Nrm/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini