Sukses

Ini Dampak Inggris Hengkang dari Uni Eropa

Keputusan Inggris meninggalkan Uni Eropa membuat ketidakpastian terhadap prospek ekonomi.

Liputan6.com, London - Inggris memutuskan meninggalkan Uni Eropa atau Britain Exit/Brexit dalam referendum pada 23 Juni 2016. Keputusan tersebut membuat ketidakpastian terhadap prospek ekonomi kepada investor. Hal ini dinilai dapat menekan ekonomi Eropa.

Hasil voting dalam referendum Inggris tersebut dinilai dapat mendorong resesi. Bank sentral Inggris atau Bank of England juga dapat memangkas suku bunga acuan menjadi nol. Selain itu juga mempengaruhi defisit neraca transaksi berjalan.

Dampak dari hasil voting tersebut juga melihat hubungan Inggris dan Uni Eropa ke depan. Berikut dampak ekonomi dari hasil voting tersebut, seperti dikutip dari laman Reuters, Jumat (24/6/2016).

1.Pertumbuhan Ekonomi:

- Ekonomi Inggris akan lebih melambat karena keluar dari Uni Eropa ketimbang tetap bertahan di Uni Eropa. Hal itu berdasarkan proyeksi pemerintah, bank sentral Inggris, ratusan akademis, organisasi internasional dan British Research Institutes.

- Menteri Keuangan Inggris George Osborne memperingatkan soal resesi. Bank sentral Inggris juga menyatakan ada perlambatan dampak keluar dari Uni Eropa.

Selain itu, kemungkinan referendum di Skotlandia juga dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

- Di sisi lain ekonom yang mendukung pro Brexit mengatakan kalau meninggalkan Uni Eropa dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi meski memang awalnya akan turun.

- OECD dan IMF menyatakan Inggris keluar dari Uni Eropa akan memukul Uni Eropa dan berdampak ke negara lainnya.

- Pimpinan bank sentral Amerika Serikat (AS)/The Federal Reserves Janet Yellen menyatakan pada pekan lalu kalau referendum dapat mempengaruhi ekonomi global dan pasar keuangan. Bila Ingris keluar dari Uni Eropa juga berdampak terhadap prospek ekonomi AS.

2. Kebijakan Moneter

-Pimpinan bank sentral Inggris/Bank of England Mark Carney menyatakan kalau bank sentral akan memangkas suku bunga acuan dari level 0,5 persen jika Inggris keluar dari Uni Eropa. Bank sentral akan mendorong pertumbuhan ekonomi seiring inflasi tinggi lantaran mata uang pound melemah.

3. Mata Uang

Sebelum referendum, analis memperkirakan kalau mata uang pound akan jatuh. investor termasuk manajer investasi memperkirakan pound akan sentuh level terendah terhadap dolar AS di kisaran US$ 1.35. Miliarder George Soros juga memperkirakan poudn akan sentuh level US$ 1.15. Pada perdagangan Jumat pekan ini, pound ditransaksikan di level US$ 1.33.

4. Pekerjaan

Sejumlah pihak memprediksi tingkat pengangguran akan naik setelah Inggris keluar dari Eropa. Saat ini tingkat pengangguran Inggris berada di level terendah dalam 10 tahun di kisaran 5 persen. (Ahm/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.