Sukses

NYSE Prediksi Perusahaan Teknologi Asia Ramaikan IPO pada 2017

New York Stock Exchange (NYSE) dan Nasdaq bersaing untuk mendapatkan perusahaan terutama di sektor teknologi untuk mencatatkan saham.

Liputan6.com, Hong Kong - Bursa Efek New York atau New York Stock Exchange (NYSE) melihat perusahaan teknologi di Asia akan mendorong kebangkitan pencatatan saham baru. Hal itu diharapkan dapat mendorong jumlah penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO).

The exchange's global head of capital markets NYSE Garvis Toler menyampaikan hal itu seperti dikutip dari laman Reuters, Senin (15/8/2016).

"Pencatatan saham baru akan terjadi pada bulan berikutnya usai melambat pada semester I tahun ini," ujar Toler.

NYSE melihat sekitar dua perusahaan yang daftar untuk pencatatan saham dari Asia pada tahun ini. Ini akan membuat perusahaan teknologi dapat meraih dana miliaran dolar AS. "Jika angka ini mencapai dua digit maka itu tidak akan mengejutkan sama sekali. Saya benar-benar mengatakan kalau teknologi akan menjadi menarik ke depan," kata Toler.

Pernyataan Toler itu juga mencerminkan pernyataan dari Chief Executive Officer Nasdaq Robert Greifeld Inc. Perusahaan akan mendaftarkan saham di Amerika Serikat pada tahun ini.

NYSE yang dimiliki oleh IntercontinentalExchange cukup bersaing dengan Nasdaq untuk meraih perusahaan yang akan mencatatkan saham perdana termasuk perusahaan di sektor teknologi.

Baru-baru ini dua bursa saham itu kehilangan sektor teknologi China yang ikuti jejak Giant Interactive dan Focus Media untuk delisting atau cabut dari bursa saham. Akan tetapi ada pendatang baru antara lain Youku Tudou, Mindray Medis dan Qihoo 360 teknologi, dan kapitalisasi pasar saham US$ 9,3 miliar.

Sebelumnya NYSE telah memiliki sejumlah IPO perusahaan di sektor teknologi yang cukup kredibel termasuk perusahaan e-commerce terbesar China yaitu Alibaba group holding pada 2014. Selain itu, saham aplikasi pesan Line Corp dan software komunikasi Twilio pada tahun ini.

Seperti diketahui, pencatatan saham perdana anjlok 50 persen secara global sepanjang 2016. Hal itu lantaran volatilitas di bursa saham. Sedangkan bursa saham Hong Kong yang memimpin pasar juga turun 26 persen untuk aktivitas pencatatan saham.

Toler menambahkan, akumulasi penyaluran modal untuk perusahan teknologi dan aksi korporasi merger serta akuisisi di perusahaan teknologi turut mempengaruhi perusahaan untuk menunda penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO).

"Dengan suku bunga realtif rendah, valuasi saham sedang tinggi, Anda memiliki volatilitas benar-benar rendah sehingga Anda memiliki katalis yang membuat pasar IPO menjadi layak," jelas Toler. (Ahm/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini