Sukses

Cerita Bos Bank BJB Soal KUR Dipakai Buat Modal Kawin

Di masyarakat masih ada stigma jika kredit seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan hibah.

Liputan6.com, Jakarta Penyaluran kredit guna mendorong Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) bukan perkara mudah. Sebab di masyarakat masih ada stigma jika kredit seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan hibah.

Hal tersebut diungkapkan Direktur Utama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) Ahmad Irfan.

Dia bercerita karena stigma hibah tersebut, ada pengalaman KUR justru dijadikan modal menikah.

"Kejadian tahun kredit tahun 1991. Disalurkan untuk membeli sapi, rupanya bukan beli sapi yang tujuannya untuk menghasilkan anak sapi. Ternyata bukan itu, kawin lagi jadi anak manusia yang muncul," kata dia dalam Seminar Nasional ISEI di Bank Indonesia Jakarta, Kamis (15/9/2016).

Bukan hanya itu, sulitnya menyalurkan kredit karena menimbang risiko kredit macet (non performing loan/NPL). Alhasil, penyaluran kredit ke UMKM pun relatif terbatas.

"Banyak kendalanya bagi perbankan realisasi KUR bagi UMKM terutama masih melekat tahun 1991, di mana Askrindo diklaim hampir bangkrut untuk menutupi UMKM Indonesia. Ini kenyataan," jelas dia.

Ahmad mengatakan peristiwa ini menjadi pengalaman bagi BJBR untuk mendorong kredit ke UMKM supaya lebih baik lagi. Namun, untuk mendorong kredit tak selalu mulus. BJBR sendiri pernah didera kredit macet sampai 36 persen.

"Bank BJB pernah gagal penyaluran tahun 2012, 2013 NPL tinggi sampai 36 persen. Ini paling ditakuti perbankan," kata dia.

Dia mengatakan, supaya penyaluran kredit efektif maka BJBR menerapkan program pemberdayaan ekonomi. Pada program tersebut UMKM tak semata-mata hanya dikucuri dana namun juga diberikan pengetahuan mengenai pengaturan keuangan sampai pemasaran produk.

"Kelemahan UMKM kita ialah pengetahuan tentang rugi laba, laporan keuangan, atau tentang manajemen kredit dan permodalan. Tapi tidak serta modal mempengaruhi, terus kelemahannya pasca, ketika menghasilkan kemana mau jual," tandas dia.(Amd/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini